Total Tayangan Halaman

2,615

Minggu, 30 April 2017

Alkisah Sabtu- Dini Hari Minggu Ini

Pagiku bersahabat kali ini, sholat subuh adalah penantianku setelah beberapa hari akibat kesiangan terus menerus, meskipun alarm sudah teriak-teriak dan bisa saja meledakkan HPku, namun rupanya bisikan syetan terlalu indah ditelingaku. Bukan..bukan bisikan, mereka menutup lubang telingaku atau tidak memfungsikan gendang telingaku saat aku tertidur. Dasar Syetan, terkutuklah kau. Namun subuh ini terasa syahdu, dan sangat semangatnya aku mengambil wudhu itu, Ya Allah….terimakasih sudah menjauhkan Syetan itu dariku. Setelah itu aku berhasil tak tidur lagi namun tak bertahan 30 menit, entah kemana menit-menit selanjutnya tiba-tiba saja aku terbangun, dan waktu sudah menunjukkan pukul 08.11. hari ini aku ada kuliah jam 09.00 dan perjalanan dari rumah ke kampus kalau naik angkot bisa memakan waktu 40 menit (paling lama) kalau naik motor sekitar 17 menit atau 20 menit dan belum terhitung urusan perempuan . sial, syetan terkutuk itu kembali menutup gendang telingaku sampai tak mendngar alarm yang kupasang habis-habisan (lagi) dari jam 6 sampai jam setengah 8 . apakah aku terlambat? Tidak…si pemilik transformers yang berganti vixion sementara rupanya bisa diandalkan saat-saat genting begitu, kami sampai di kampus hampir jam 9 atau lewat sedikit sepertinya dan hoki, kampus sunyi, dosennya belum datang, dan ruangan Sipil semuanya terkunci dan jurusan terkunci. Dari ujung koridor kedatanganku, aku sudah mendapat omelan sekitar 15 feet dari tempatku berpijak

 “kau,kenapa tidak datang kemarin? Kita perlu dokumentasiiiiii, semua potonya bluurrr…blurrrrr, tidak ada yang beres haaa menjengkelkan sekali, saya stress saya stress liat hasilnya, tidak ada yang tidak blur” si Wulan dengan jilbab warna birunya terus mengomel tidak ada habis-habisnya meskipun aku sudah duduk disampingnya lebih dari lima menit, sepertinya sepuluh menit, dua puluh menit dan atau sepertinya sampai dosennya datang -_- dan aku baru sadar dia memakai jilbab warna biru, pemandangan yang tak biasa, biru langit cerah secerah omelannya pagi ini yang tak menerima alasan apapun dariku. Akupun sudah bertanya kapan aku jadi bagian dokumentasi ? -_- dan dia terus mengomel, aku jadi termenung, bukan merasa bersalah pada acara kemarin melainkan pada isi bbmnya Praj semalam dia bilang ”Ais, kamu sudah jual kamera kah? Kamu malasmi kasi kembali”  hehehe -_- rasa-rasanya sekarang aku jadi buronan akibat kamera yang sudah dari beberapa minggu yang lalu kupinjam lewat mami, karena jika lewat aku sendiri dia akan minta uang sewa, kumanfaatkan mami supaya saat beliau yang pinjam Praj tak bisa berkata apa-apa selain memberikannya untukku, terimakasih banyak sepupuh. Sepertinya mesti mami juga yang mengembalikan kamera itu biar aku tak ditagi uang sewa. Bersabarlah boy.

Satu kabar yang indah dari hari ini, minggu depan mid mata kuliah yang kami kuliahkan hari ini, senangnya bukan karena midnya tapi harinya diganti dari rabu jadi jumat, tapi….tidak ada bedanya juga sih, midnya hari rabu atau jumat pasti belajarnya tetap sehari sebelum mid.yahhh itupun kalau mood belajar, kalau tidak? grup line yang akan menjawab hohoho.

Lalu aku pulang, dijemput sama si motor vixion, hari ini aku lupa tanya dikemanakan transformernya itu. DT 4042, DT pertama yang kuingat karena angkanya (40) stambukku dan (42) stambuknya si iting ketua tingkatku yang rambutnya selalu kumainkan karena tak satupun kelurusan kutemukan disana, sangat keriting dan panjangnya sampai dibawah tengkuk lehernya. Kau tau macaroni yang bentuknya kriting-kriting itu kan? Bayangkan saja dalam jumlah banyak maka jadillah rambutnya, tidak ada bedanya. Kembali pada si motor vixion pembalap nomor tiga setelah eki (si Gondrong dari Goa tanpa nama yang menjadi teman pertama laki-lakiku di teknik, sekaligus orang  yang paling dekat, dan sangat berjasa karena mempertemukanku pada si pemilik transformer. Eki kalau bawa motor meskipun tidak terburu-buru dia akan terus menggas dengan kecepatan tinggi sampai kau melihat kendaran dan pemandangan disekitarmu bak cahaya tipis-tipis yang meleset begitu cepat, subhanallah sekali) dan akmal (si lelaki pemalu yang selalu berkeringat tapi baiknya luar biasa dan kurang ajarnya luar biasa padaku. Mulai dekat saat sekelompok disemester 2 itupun sama eki juga, pernah bersekongkol sama eki dan anggota kelompokku yang lain saat kerja kelompoknya di rumahku- tapi kerja kelmpoknya memang di rumahku terus- dalam misi menyembunyikan kasus kursi meja hias yang dipatahkan oleh salah satu darimereka dan diam-diam membuangnya di rumah kosong yang ada dibelakang rumah saat aku sudah tertidur lelap kejadian itu terjadi di semester dua dan mereka baru mengakuinya disemester 6 ckckc warbiasah .ah yah kembali ke si akmal, dulu sama saya pendiam,pemalu, tunduk terus kalau bicara, sekarang kalau dia jengkel suka panggil saya kucing, eh kurangajar, namun cewek-cewek lain di kelas masih suka sungkan padanya, mereka masih diperlakukan akmal seperti aku mengenalnya pertama kali, kenapa dia peringkat kedua dari segi pembalap? Kalau dibonceng sama dia , dia masih terus menggas motornya sampai jarak satu jari kelingking dari mobil didepan kami ) dan kenapa si pemilik transformer ini yang ketiga ? karena masih bisa kukendalikan dan akan kupukul dari belakang jika dia balap dengan membabi buta, lambung sana sini dengan gaya zigzag-zigzag dan dia akan menurut, beda sama si dua orang sebelumnya, meskipun ku pukul kepalanya, mereka tidak akan mengindahkan teriakanku.

Kami tidak langsung pulang, kami singgah isi perut, padahal kalau diingat-ingat aku sedang amandel sampai sempat demam beberapa hari dan tadi siang kudapati diriku sendiri sudah bisa memakan nasi dan ayam serta minum minuman dingin yang ada es krimnya. Aku lupa rasa sakit yang membuatku tak bisa menelan. Tapi kenapa tadi jadi bisa? Kuhabiskan pula. Sepertinya ini fenomena langka yang terjadi akibat rasa lapar yang sudah diluar kendali, dan tidak pernah makan enak lagi selama beberapa hari. Yah yah bisa saja begitu, kan? Lalu kami pulang, ke rumahku, si pemilik transformer singgah sebentar menenangkan diri akibat masalah krisis moneternya, sambil internetan sampai tanteku datang membawa makan lalu mereka menggosip, bercerita tentang perjalanan panjangnya tanteku dari malili sampai di kendari lewat jalan –jalan dan daerah-daerah yang cuman mereka berdua yang tau, membicarakan pabrik ini itu, jalan rusak yang disana dan disitu sampai ke pembahasan rumah kost sampai sit ante tidak sadar sudah lama sekali mereka membicarakan ini itu hingga akhirnya anaknya menjemputnya, mungkin takut mamanya kenapa-kenapa di jalan yang harusnya sudah sampai rumah karena rumahnya cuman berjarak sekitar 3 rumah dibelakang rumahku. Barulah mereka berhenti bercakap. Setelah itu si pemilik transformerpun ikut pamit mau pergi mencari uang untuk menafkahiku kelak *eh. (kenyataannya buat biaya penilitian) -_-

Malamnya aku diajak temani ia kerja laporan, setelah cari kafe yang tepat sana sini di malam minggu yang sangat ramai, akhirnya kami terjebak di depan rawa-rawa. jangan salahpaham, disitu ada ruko, lebih tepatnya café kecil, pintunya dibelakang bangunan, berhadapan sama rawa-rawa kami naik di lantai dua. Banyak bapak-bapak yang ketawanya menggelegar, kami duduk saja, dia bilang panggil Wandhy karena kebetulan dia ada di kendari,biar ada temanku bicara selagi dia sibuk kerja, waktu saya hubungi wandhy, tak lama kemudian wandhy dan Rama datang, ini pertama kalinya si pemilik transformer dan dua orang itu bertemu. Dan yang tadinya siapa yang menyuruh siapa buat panggil teman supaya ada teman ngobrol kini berbelok arah, aku yang diam dan mereka yang jadi ngobrol terus sampai si mas-mas cafenya datang kedua kali di tempat kami duduk, yang pertama bersihkan meja bekas si bapak2 yang ketawanya menggelegar seisi ruangan yang sudah pulang dari berjam-jam yang lalu, yang kedua si mas datang lagi membawa kain pel, duh masnya sungkan begitu langsung bilang saja kalau sudah mau tutup dari tadi juga sudah kudengar suara cucui piring dari bawah dan aku sudah kode pada mereka yang masih asik cerita namun aku terabaikan. Saat itu barulah para pria itu peka lalu bertanya “sudah mau tutup mas?” si mas dengan senyum manisnya mengangguk. Barulah kami beranjak turun dan pintu kafenya memang sudah tutup hahah, si mbak-mbak kasirnya pun sudah terlihat lelah menunggu penghuni terakhir ini.


Kami pulang berlainan arah, dan tadinya si pemboncengku itu bilang kalau terlalu dini buat kita untuk pulang, namun ketemunya kami dengan ajudan kakaknya yang mengharuskan kami untuk singgah sampai dia langsung lompat dari motornya karena kesenangan melihat si pria itu yang sedang memesan martabak, dan aku langsung ditinggalnya diatas motor sampai hampir jatuh, mereka seperti tak bertemu belasan tahun lamanya padahal satu rumah -_- dan alangkah bahagianya ia saat pria itu mengajaknya main PES. Oh meen. Dia langsung menghampiriku dan mengguncang-guncangkan bahuku sambil bilang “main pes nah main pes nah?” dasar laki-laki. Belum aku iyakan dia sudah membawaku pulang. Sepanjang jalan aku dipuji-puji karena aku tidak melarangnya kali ini , yang langsung kubalas ku larang atau tidak pun dia akan tetap pergi. Kannn? Sampai sekarangpun dia belum ada kabar lagi, mungkin kepalanya sudah masuk ke dalam layar TV . hei, kemana yah orang yang tadi, yang bilang terlalu dini buat kita untuk pulang ?. aku dipulangkan -_- dbiarkan dengan tulisan-tulisan ini yang mendingin karena waktu, sampai angka 01 dan angka 17 diantarakan oleh sebuah titik menemaniku dipergantian hari ini, yah, aku pulang, dengan membuka pembungkus dua obat penghilang rasa sakit yang harus kutelan pahit-pahit. Sepahit ditinggalkan karena PES dibumbui dengan 'masih' tidak adanya kabar, apakah sekarang dia sudah ditelan TV hidup-hidup ? -,- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar