Total Tayangan Halaman

2,614

Minggu, 30 April 2017

Alkisah Sabtu- Dini Hari Minggu Ini

Pagiku bersahabat kali ini, sholat subuh adalah penantianku setelah beberapa hari akibat kesiangan terus menerus, meskipun alarm sudah teriak-teriak dan bisa saja meledakkan HPku, namun rupanya bisikan syetan terlalu indah ditelingaku. Bukan..bukan bisikan, mereka menutup lubang telingaku atau tidak memfungsikan gendang telingaku saat aku tertidur. Dasar Syetan, terkutuklah kau. Namun subuh ini terasa syahdu, dan sangat semangatnya aku mengambil wudhu itu, Ya Allah….terimakasih sudah menjauhkan Syetan itu dariku. Setelah itu aku berhasil tak tidur lagi namun tak bertahan 30 menit, entah kemana menit-menit selanjutnya tiba-tiba saja aku terbangun, dan waktu sudah menunjukkan pukul 08.11. hari ini aku ada kuliah jam 09.00 dan perjalanan dari rumah ke kampus kalau naik angkot bisa memakan waktu 40 menit (paling lama) kalau naik motor sekitar 17 menit atau 20 menit dan belum terhitung urusan perempuan . sial, syetan terkutuk itu kembali menutup gendang telingaku sampai tak mendngar alarm yang kupasang habis-habisan (lagi) dari jam 6 sampai jam setengah 8 . apakah aku terlambat? Tidak…si pemilik transformers yang berganti vixion sementara rupanya bisa diandalkan saat-saat genting begitu, kami sampai di kampus hampir jam 9 atau lewat sedikit sepertinya dan hoki, kampus sunyi, dosennya belum datang, dan ruangan Sipil semuanya terkunci dan jurusan terkunci. Dari ujung koridor kedatanganku, aku sudah mendapat omelan sekitar 15 feet dari tempatku berpijak

 “kau,kenapa tidak datang kemarin? Kita perlu dokumentasiiiiii, semua potonya bluurrr…blurrrrr, tidak ada yang beres haaa menjengkelkan sekali, saya stress saya stress liat hasilnya, tidak ada yang tidak blur” si Wulan dengan jilbab warna birunya terus mengomel tidak ada habis-habisnya meskipun aku sudah duduk disampingnya lebih dari lima menit, sepertinya sepuluh menit, dua puluh menit dan atau sepertinya sampai dosennya datang -_- dan aku baru sadar dia memakai jilbab warna biru, pemandangan yang tak biasa, biru langit cerah secerah omelannya pagi ini yang tak menerima alasan apapun dariku. Akupun sudah bertanya kapan aku jadi bagian dokumentasi ? -_- dan dia terus mengomel, aku jadi termenung, bukan merasa bersalah pada acara kemarin melainkan pada isi bbmnya Praj semalam dia bilang ”Ais, kamu sudah jual kamera kah? Kamu malasmi kasi kembali”  hehehe -_- rasa-rasanya sekarang aku jadi buronan akibat kamera yang sudah dari beberapa minggu yang lalu kupinjam lewat mami, karena jika lewat aku sendiri dia akan minta uang sewa, kumanfaatkan mami supaya saat beliau yang pinjam Praj tak bisa berkata apa-apa selain memberikannya untukku, terimakasih banyak sepupuh. Sepertinya mesti mami juga yang mengembalikan kamera itu biar aku tak ditagi uang sewa. Bersabarlah boy.

Satu kabar yang indah dari hari ini, minggu depan mid mata kuliah yang kami kuliahkan hari ini, senangnya bukan karena midnya tapi harinya diganti dari rabu jadi jumat, tapi….tidak ada bedanya juga sih, midnya hari rabu atau jumat pasti belajarnya tetap sehari sebelum mid.yahhh itupun kalau mood belajar, kalau tidak? grup line yang akan menjawab hohoho.

Lalu aku pulang, dijemput sama si motor vixion, hari ini aku lupa tanya dikemanakan transformernya itu. DT 4042, DT pertama yang kuingat karena angkanya (40) stambukku dan (42) stambuknya si iting ketua tingkatku yang rambutnya selalu kumainkan karena tak satupun kelurusan kutemukan disana, sangat keriting dan panjangnya sampai dibawah tengkuk lehernya. Kau tau macaroni yang bentuknya kriting-kriting itu kan? Bayangkan saja dalam jumlah banyak maka jadillah rambutnya, tidak ada bedanya. Kembali pada si motor vixion pembalap nomor tiga setelah eki (si Gondrong dari Goa tanpa nama yang menjadi teman pertama laki-lakiku di teknik, sekaligus orang  yang paling dekat, dan sangat berjasa karena mempertemukanku pada si pemilik transformer. Eki kalau bawa motor meskipun tidak terburu-buru dia akan terus menggas dengan kecepatan tinggi sampai kau melihat kendaran dan pemandangan disekitarmu bak cahaya tipis-tipis yang meleset begitu cepat, subhanallah sekali) dan akmal (si lelaki pemalu yang selalu berkeringat tapi baiknya luar biasa dan kurang ajarnya luar biasa padaku. Mulai dekat saat sekelompok disemester 2 itupun sama eki juga, pernah bersekongkol sama eki dan anggota kelompokku yang lain saat kerja kelompoknya di rumahku- tapi kerja kelmpoknya memang di rumahku terus- dalam misi menyembunyikan kasus kursi meja hias yang dipatahkan oleh salah satu darimereka dan diam-diam membuangnya di rumah kosong yang ada dibelakang rumah saat aku sudah tertidur lelap kejadian itu terjadi di semester dua dan mereka baru mengakuinya disemester 6 ckckc warbiasah .ah yah kembali ke si akmal, dulu sama saya pendiam,pemalu, tunduk terus kalau bicara, sekarang kalau dia jengkel suka panggil saya kucing, eh kurangajar, namun cewek-cewek lain di kelas masih suka sungkan padanya, mereka masih diperlakukan akmal seperti aku mengenalnya pertama kali, kenapa dia peringkat kedua dari segi pembalap? Kalau dibonceng sama dia , dia masih terus menggas motornya sampai jarak satu jari kelingking dari mobil didepan kami ) dan kenapa si pemilik transformer ini yang ketiga ? karena masih bisa kukendalikan dan akan kupukul dari belakang jika dia balap dengan membabi buta, lambung sana sini dengan gaya zigzag-zigzag dan dia akan menurut, beda sama si dua orang sebelumnya, meskipun ku pukul kepalanya, mereka tidak akan mengindahkan teriakanku.

Kami tidak langsung pulang, kami singgah isi perut, padahal kalau diingat-ingat aku sedang amandel sampai sempat demam beberapa hari dan tadi siang kudapati diriku sendiri sudah bisa memakan nasi dan ayam serta minum minuman dingin yang ada es krimnya. Aku lupa rasa sakit yang membuatku tak bisa menelan. Tapi kenapa tadi jadi bisa? Kuhabiskan pula. Sepertinya ini fenomena langka yang terjadi akibat rasa lapar yang sudah diluar kendali, dan tidak pernah makan enak lagi selama beberapa hari. Yah yah bisa saja begitu, kan? Lalu kami pulang, ke rumahku, si pemilik transformer singgah sebentar menenangkan diri akibat masalah krisis moneternya, sambil internetan sampai tanteku datang membawa makan lalu mereka menggosip, bercerita tentang perjalanan panjangnya tanteku dari malili sampai di kendari lewat jalan –jalan dan daerah-daerah yang cuman mereka berdua yang tau, membicarakan pabrik ini itu, jalan rusak yang disana dan disitu sampai ke pembahasan rumah kost sampai sit ante tidak sadar sudah lama sekali mereka membicarakan ini itu hingga akhirnya anaknya menjemputnya, mungkin takut mamanya kenapa-kenapa di jalan yang harusnya sudah sampai rumah karena rumahnya cuman berjarak sekitar 3 rumah dibelakang rumahku. Barulah mereka berhenti bercakap. Setelah itu si pemilik transformerpun ikut pamit mau pergi mencari uang untuk menafkahiku kelak *eh. (kenyataannya buat biaya penilitian) -_-

Malamnya aku diajak temani ia kerja laporan, setelah cari kafe yang tepat sana sini di malam minggu yang sangat ramai, akhirnya kami terjebak di depan rawa-rawa. jangan salahpaham, disitu ada ruko, lebih tepatnya café kecil, pintunya dibelakang bangunan, berhadapan sama rawa-rawa kami naik di lantai dua. Banyak bapak-bapak yang ketawanya menggelegar, kami duduk saja, dia bilang panggil Wandhy karena kebetulan dia ada di kendari,biar ada temanku bicara selagi dia sibuk kerja, waktu saya hubungi wandhy, tak lama kemudian wandhy dan Rama datang, ini pertama kalinya si pemilik transformer dan dua orang itu bertemu. Dan yang tadinya siapa yang menyuruh siapa buat panggil teman supaya ada teman ngobrol kini berbelok arah, aku yang diam dan mereka yang jadi ngobrol terus sampai si mas-mas cafenya datang kedua kali di tempat kami duduk, yang pertama bersihkan meja bekas si bapak2 yang ketawanya menggelegar seisi ruangan yang sudah pulang dari berjam-jam yang lalu, yang kedua si mas datang lagi membawa kain pel, duh masnya sungkan begitu langsung bilang saja kalau sudah mau tutup dari tadi juga sudah kudengar suara cucui piring dari bawah dan aku sudah kode pada mereka yang masih asik cerita namun aku terabaikan. Saat itu barulah para pria itu peka lalu bertanya “sudah mau tutup mas?” si mas dengan senyum manisnya mengangguk. Barulah kami beranjak turun dan pintu kafenya memang sudah tutup hahah, si mbak-mbak kasirnya pun sudah terlihat lelah menunggu penghuni terakhir ini.


Kami pulang berlainan arah, dan tadinya si pemboncengku itu bilang kalau terlalu dini buat kita untuk pulang, namun ketemunya kami dengan ajudan kakaknya yang mengharuskan kami untuk singgah sampai dia langsung lompat dari motornya karena kesenangan melihat si pria itu yang sedang memesan martabak, dan aku langsung ditinggalnya diatas motor sampai hampir jatuh, mereka seperti tak bertemu belasan tahun lamanya padahal satu rumah -_- dan alangkah bahagianya ia saat pria itu mengajaknya main PES. Oh meen. Dia langsung menghampiriku dan mengguncang-guncangkan bahuku sambil bilang “main pes nah main pes nah?” dasar laki-laki. Belum aku iyakan dia sudah membawaku pulang. Sepanjang jalan aku dipuji-puji karena aku tidak melarangnya kali ini , yang langsung kubalas ku larang atau tidak pun dia akan tetap pergi. Kannn? Sampai sekarangpun dia belum ada kabar lagi, mungkin kepalanya sudah masuk ke dalam layar TV . hei, kemana yah orang yang tadi, yang bilang terlalu dini buat kita untuk pulang ?. aku dipulangkan -_- dbiarkan dengan tulisan-tulisan ini yang mendingin karena waktu, sampai angka 01 dan angka 17 diantarakan oleh sebuah titik menemaniku dipergantian hari ini, yah, aku pulang, dengan membuka pembungkus dua obat penghilang rasa sakit yang harus kutelan pahit-pahit. Sepahit ditinggalkan karena PES dibumbui dengan 'masih' tidak adanya kabar, apakah sekarang dia sudah ditelan TV hidup-hidup ? -,- 

Senin, 24 April 2017

Tuan Andrea

Kau tau hari ini Tuan Andrea ? buku Anda membawaku kepada Anda (lagi) di rak bagian sudut. Padahal sudah berapa kali aku pulang balik disekitar situ namun nanti untuk yang kesekian kalinya aku lewat baru mataku tak sengaja membaca nama Anda dibagian atas dari sampul novel itu. Betapa aku penasaran, rasanya sudah lama sekali kita tidak berjumpa dalam dunia fiksi lebih tepatnya kau yang menulisnya dan aku penikmatnya, walau sampai hari inipun keinginanku masih sama seperti dulu, ingin bertemu dengan Anda, meski entah apa yang aku mau selanjutnya setelah bertemu dengan Anda, mungkinkah aku langsung minta foto, atau tanda tangan dinovel Anda atau bisa saja aku lupa membawa novel Anda karena kita tak sengaja bertemu jadi kira-kira aku akan mempersilahkan Anda tanda tangan di lengan bajuku, mudah-mudahan Anda selalu membawa spidol permanent. Atau mungkin saja aku akan meminta Anda untuk kuliah beberapa jam untukku, untuk diajari bagaimana bisa seorang Andrea merubah mindset orang banyak lewat novelnya. Oh ayolah aku benar-benar ingin bertemu dengan Anda. Jadi kapan bisanya? -_- ah yah novel Anda  yang kubelli hari ini, diawal cerita sudah bisa buatku tertawa lalu ingin menangis. Baru dua bab kubaca sudah membuatku bisa ceritakan banyak pada kekasihku yang bila kujeda sedikit dia akan cepat-cepat bilang dengan rasa penasarannya ‘terus? Teruss?’ padahal sudah kubilang baru sampai disitu aku membacanya tapi dia tetap bilang ‘teruss.teruss?’ antara mau jadi tukang parkir atau memang ingin mendengarkan lebih banyak -_-

Dan sepertinya yang menjadi pusat perhatian Anda masih sama, sampai halaman ketiga ada nama yang membuatku mengerutkan dahi ‘Untuk A ling’ apakah jika kita bertemu kau bisa menceritakan A Ling ? dimana dia sekarang? Sampai membuat Anda masih konsisten padanya. Ada banyak tanda tanya Tuan Andrea, aku sulit tidur malam ini, karena penasaran, sama seperti Enong yang hilir mudik di beranda rumahnya menunggu Zamzani, ayahnya, Kembali dari Tanjong Pandan, karena pikirannya tak dapat lepas dari kamus Bahasa Inggris satu miliar kata. Dan seperti Enong yang matanya merah paginya karena tidak bisa tidur disebabkan oleh terus menerus membayangkan kamus itu.
Aku memikirkan, kapan kita bertemu?  

Tak lupa yang membuatku lebih yakin memilih buku Anda selain karena Anda penulisnya adalah karena beberapa deretan kata di sinopsisnya yang beberapa kata terakhir harus kupecahkan sendiri karena terhalang oleh stiker harga sampai membuatku meneliti seluruh novel yang sama dirak itu untuk menemukan kata-kata selanjutnya kali saja ada yang tidak tertutup stiker harga, namun semuanya tertutup pada kata-kata yang sama sampai akhirnya karena gemes dan kesal, aku mendorong-dorong plastik bukunya ke bawa karena tidak mungkin untuk mencabut stiker harganya dan dengan susah payah mengintip dibalik plastik, sesekali aku menyenternya dengan senter HP kali saja stiker harganya tembus pandang tapi tidak -_- dan akhirnya dengan mantap aku membelinya.


Jadi dalam synopsis itu, kata-kata yang membuatku sampai hampir ingin merobek plastik novel Anda adalah “Cemburu adalah perahu Nabi Nuh yang tergenang di dalam hati yang karam. Lalu, naiklah ke geladak perahu itu, binatang yang berpasang-pasangan perasaan tak berdaya ingin mengalahkan, rencana jahat-penyesalan, kesedihan-gengsi….” Kata lelaki itu. 

Jumat, 21 April 2017

Satu Untuk Semua, Semua Untuk Satu - 014

Pernahkah kau merasa hampir gak makan nasi seharian? Sampai lupa rasanya lapar yang berujung pada sakit lambung tengah malam begini, dikerumuni lembaran kertas yang banyak cakaran-cakaran pulpen dosen serta pikiran yang melayang-layang pada tugas buat besok yang belum ada tanda-tanda buat dinyontekin. Beneran gak ada yang mau kerja? Mudah-mudahan benar gak ada, berhubung kertas yang mau dipake buat tulis tugas juga sudah habis jadi semoga empat puluhan orang ini benar-benar gak ada yang niat kerja :p tidur aja tidur….

Hhh….jadi mahasiswa emang gak enak kalau salah jurusan, yang gak salah jurusanpun masih sering merasa gak enak apalagi yang salahnya sudah fatal. Seperti manusia yang satu ini bukannya niat kerja tugas malah putar arah buat ngisi blog. Because it’s fun. Really. I have to visit my world sometimes.

Jadi anak teknik gag enak (kuliahnya). Kompaknya OK, senioritasnya OK, ruangan berAC nya OK, lagu kebangsaannya OK, gedungnya..lumayan OK (meski pertama kali liat gedungnya sempat nanya ‘ini gereja?’ soalnya atapnya runcing-runcing) -_- namun semua perubahan drastis dari diriku bermula dari tempat ini.

“eh de, besok-besok kalau datang pakaiannya hitam-hitam. Baju ganti warna hitam,celana juga hitam, sepatu juga” ih ampun ini senior menjengkelkan (umpatku dalam hati kala itu) pertama kali masuk mengurus ke fakultas. Dan teguran-teguran selanjutnya mulai berdatangan ‘eh de, bajumu kesempitan, ganti besok, eh rambutmu pirang? Berani-beraninya pirang di kampus’ apa sih padahal rambutku juga sudah pirang dari kecil. Benar-benar batin tersiksa sekali waktu itu, kayak orang yang hak bicaranya diambil. Buat bergerak pun terasa terbatas, buat jalan di area kampuspun mesti punya mental kuat, kalau bukan ditegur pasti diteriaki. Kalau cowok-cowoknya bakalan diteriaki ‘woi botak botaak’ karena semua kepala maba yang cowo harus gundul pacul cul. Malu, takut, jengkel, penat, tiap hari cuman kepikiran Ya Allah kapan pulangnya? Padahal baru juga sampai kampus -_- dan sebagai cewek pasti merasa sangat mencolok tak lain karena jumlahnya sedikit, cuman 10 orang dari 40an laki-laki kala itu. Sekarang sudah banyak yang minggat karena sadar bukan jurusan yang benar-benar jiwa mereka , lah saya? Mencoba bertahan untuk beberapa kali sampai akhirnya betah dengan rasa penyesalan sedikit (dulu banyak) .

Aku adalah alumni SMANSA di Kolaka, kota kecil dibagian Sulawesi Tenggara. Yang dari kecil bercita-cita jadi dokter (sepertinya anak-anak pada umumnya memiliki cita-cita yang sama denganku) beranjak beranjak beranjak kemudian mau jadi penulis karena terinspirasi dari novelnya laskar pelangi, tapi sebelum itu memang sering menulis dan buat puisi, lalu kuputuskan kalau masuk kuliah aku akan ambil jurusan sastra, beranjak lagi, karena aku sangat menyukai bahasa Ingris cita-citaku adalah masuk HI di UGM. Kampus yang saya idam-idamkan dari kecil. Beranjak lagi sempat ingin jadi penyiar berita atau wartawan karena dulu sempat menduduki jabatan sebagai ketua ekskul journalist (hahah bangga ._.) namun disamping itu aku gemar mempelajari ilmu psikolog gara-gara papi sering membelikan buku tentang filsafat dan semacamnya nah dari situ lagi cita-citaku berubah menjadi psikolog sampai niat sekali mau ditempatkan di rumah sakit jiwa -_- dan berubah lagi menjadi photographer sampai ngotot dibelikan kamera, Alhamdulillah dapat dan tiap sore kerjaku cuman hunting terus sampai kuliah kameraku sempat hilang, waktu itu kasusnya sempat heboh yang tak bisa kuceritakan. Pokoknya rasanya seperti separuh jiwaku tenggelam dan akhirnya dekat-dekat mau kuliah setelah berunding dengan papi fiks lah aku memilih arsitek, kenapa? Aku suka menggambar, tapi sayangnya gak suka menggambar pake mistar, aku suka sesuatu yang bebas gak pake dibatas-batasi sama mistar. Selain arsitek aku tetap pilih HI dan psikolog semuanya di UGM, hebat bukan? Itu lewat jalur SNMPTN tapi sayang tidak lulus. Kata mami sih terlalu sok mau ambil yang jauh-jauh, dan kayaknya doa dari dia karena tidak mau jauh-jauh dariku. Akhirnya saran beliau adalah pilih kampus local saja, minimal di Kendari lah -_- waktu itu sempat nangis karena tidak lulus, biasalah anak SMA yang jiwanya masih rapuh dan karena jiwaku masih lemah lembut pendiam pemalu tertutup dan manja, akhirnya semuanya terasa dramatis. Masuklah aku di JILC buat bimbel buat tes SBMPTN selama dua bulan dan sempat kost selama itu bersama tiga orang teman yang satu SMA dan Alhamdulillah lewat tes itu akhrnya lulus. Dii….? TEKNIK SIPIL. Padahal waktu itu sama sekali gak tau kondisinya teknik itu bagaimana terlebih lagi di teknik sipil. Yang aku tau saat itu bahwa di teknik : KULIAHNYA SANTAI, DOSENNYA JARANG MASUK, BANYAK LIBURNYA, JARANG TUGASNYA. Dan semua itu adalah perkataan sepupuhku yang kuliah di ekonomi, bulan ini mau wisuda, doakan. Amin. Meskipun perkataannya tidak akan pernah aku lupakan, benar-benar brengsek. Betapa aku kegiarangan dengar penjelasannya kala itu, sebagaimana yang aku inginkan adalah jurusan yang santai meskipun aku tidak yakin juga ada yang bisa sangat santai seperti kuliah terasa bermain karena aku bisa berbagi dengan hobbyku tapi paling tidak lebih sedikit santailah. Dan setelah dia bilang teknik seperti itu, akupun langsung tembak teknik sipil, pilihan kedua lupa, yang pasti ketiga adalah kehutanan -_- sebenarnya waktu itu mau ambil pertanian biar sama dengan orangtua tapi kenapa langsung kehutanan yah? -_-

Anndd..BINGO. semester pertama sudah dihadapkan sama praktikum dan laporan yang subhanallah tebalnya menyaingi buku-bukunya anak kedok yang tebalnya bisa sampai satu jengkal. Dosennya tdak pernah tidak masuk, meskipun tidak sempat hadir pasti ada dosen pengganti, liburnya cuman beberapa hari menjelang lebaran atau libur semester. Itupun masuknya terbilang cepat dibanding fakultas-fakultas lain, dan akan dibumbui dengan tugas-tugas kecil dari tiap mata kuliah, belum tekanan dari laporan, tugas, dosen killer, senior-senior dan sama teman-teman kelompok yang semuanya selalu cowok kecuali aku -_- .sampai beberapa kali tumbang dan tadinya badan sempat berisi akhirnya turun drastis. Baik kaan sepupuhku yang menipuku ini? :’) dan hal seperti it uterus kulewati tiap semester sampai sekarang :’) namun dilain sisi, hikmahnya adalah, aku bisa lebih terbuka, bisa sedikit gila, mau berkumpul, lebih tau kebersamaan di dalam teknik itu benar-benar terasa. kata ‘satu untuk semua semua untuk satu’ benar-benar tertanam baik-baik dalam diri kami. Aku belum mendapatkan keegoisan dari siapapun di dalamnya, baik dalam masalah apapun, termasuk saat kuliah atau midnya atau finalnya. Satu untuk semua semua untuk satu terus berlaku, sampai satu piring berbanyak, satu gelas berbanyak, makan sering diatas daun pisang dan duduk bersila dilantai bersama-sama, rasa kekeluargaanpun kian terasa nikmatnya. Paling tidak karena jauh dari keluarga kami bisa saling memiliki satu sama lain disini. And finally..aku bukanlah sosok yang manja lagi,  terlalu banyak pelajaran yang kudapat bersama mereka, terlebih lagi dari tidak ada perbedaan antara kami, kalau dulu aku akan gengsi keluar rumah kalau tidak pakaian bagus-bagus sekarang dengan baju kaos hitam dan celana jeans sama sepatu kets pun sudah benar-benar nyaman kugunakan. Tak ada perbedaan sama sekali benar-benar tidak ada, semuanya terlihat sama, pakaian tak mesti waw, bergaulnya pun sama siapapun tak peduli dengan status, golongan, suku, agama, aku baru benar-benar merasakan punya keluarga yang sangat dekat dalam jumlah banyak, sekitar empat puluh orang yang di dalamnya kebanyakan orang gila. Kita adalah sampul yang diikat mati. Yang sarapan dengan kengkreng, makan siang dengan materi, makan malam dengan laporan.  Terimakasih angkatan 014. Nice to meet you. Tidak sabar mau dipisahkan sama toga :* especially kepada sepuluh, panggilan buat kami para cewek yang jumlahnya cuman sepuluh, yang sering dijadikan ketua kelompok yang selalu berubah galak drastis menghadapi cowok-cowok yang membandel tiap kerja dan asistensi laporan, sangaat berterimakasih, karena hingga sekarang tidak ada yang keluar, masih ingat ada yang bilang waktu LDK kalau kita adalah angkatan yang cewenya masih utuh dari semester pertama dan lengkap datang waktu LDK. Im proud of you gaes, terimakasih sudah banyak sama-sama membimbing, dan secara tidak langsung jadi bagian dari perubahan si gadis lemah lembut ini menjadi lebih bisa galak dan kadang jadi ikutan gila.sampai jumpa dengan kebaya dan gelar ST nya J


Dan terimakasih kepada yang masih mempertahankan gondrongnya. plis, sering-sering nyampo dan pake sisir :D

Selasa, 04 April 2017

Jika Kau Datang

Jika saja waktu itu kau datang
Mungkin aku takkan beku
Kunikmati gigil yang kau rangkaikan dengan derasnya hujan malam itu
Mungkin senja usai bertanya
Kemana kau?
Lalu kau memanggil arah yang salah
Kau disini, bukan disana
Jadi janganlah beranjak sampai aku tersadar
Bahwa kau bukanlah imaji yang kupegang selama ini
 Tapi harapan yang usai kegapai
Kenayataan yang takkan menepi lagi
Seluas ruang yang kau buka untuk pertama kali
Bersama langit-langit rumah yang kini kau impikan untuk nanti


-Andhy Ilga Nur Aisyah-


Maka Tinggalkan Jejakmu

Dan ada kalanya kau harus mengikuti jejak yang kau temukan meski membawa tanda tanya besar, karena kau tak akan berhenti jika mau menemukan jawaban yang masih tinggal diujung sana. Menunggumu meski jauh.

Pernah sekali-kali kau menghilang akibat ulahku, karena kutepikan, pernah juga kau tak kulihat karena kuhindari, pernah kau bungkam karena kuteriak, menegaskan sesuatu yang selalu kuat kau pertahankan yang tidak pernah masuk akal untukku. Dan kau tidak diam, bergerak sesuka hatimu, mengejar sekuatmu, mencari semaumu, sampai kau genggam kembali, sampai kau tarik kembali dan kau ikat lagi. Aku bahkan bertanya-tanya manusia macam apa yang dimunculkan Tuhan dihidupku kali ini, manusia dengan segala argumentasi yang salah bagiku, yah, bersamamu salah waktu itu,kau menyelamatkanku saat aku ingin tenggelam, kau membuatku berdiri saat aku ingin jatuh, kau meyakiniku saat aku tak ingin yakin. Membawaku melewat jalan duri-duri yang sesekali merobek bagian dari diriku saat aku ingin melewati setapak yang aman, membuatku harus menunggu dibalik dinding tebal saat aku ingin pergi , memaksaku untuk tetap tinggal dengan segala tanda Tanya saat aku ingin bebas mengarungi dunia denganmu. Dan aku kalah. jadi terus tinggalkan jejak karena aku harus tetap mengikutimu, dan tidak mau berhenti sampai kau membayar hal gila yang kualami akibatmu dengan membawaku kepada kejutan diujung sana.


 karena dengan tetap mengikutimu aku akan selalu merasa kau ada, aku tidak akan lari ke belakang atau melangkah lebih depan darimu , langkahku tetap sama sampai kau berhenti karena telah sampai membawaku pada ujung itu lalu jejakku akan tertinggal bersama jejakmu saat kedua kaki kita telah sejajar  menghadap harapan yang telah kau jawab sepenuhnya.