Total Tayangan Halaman

2,614

Minggu, 29 Desember 2019

TERLAMBAT.



Kamu adalah raut segar malam ini, yang mampir diingatanku tipis-tipis lalu jadi banyak, aku seperti terdorong kembali ke belakang untuk mengingatmu, mengingat kita dan banyaknya kenangan yang telah kita tinggalkan begitu saja. Serta ada rasa bersalah yang menjalar pelan-pelan, membuat tanganku tergerak untuk menyentuh layar ponselku dan mencari namamu disana. Yah.. malam ini aku sukses mendengar suaramu kembali, setelah sekian lama. Kau menjawab ragu namun tak kalah ragunya aku, ingin rasanya langsung menutup telfon tapi hal itu hanya memperlihatkan kekanak-kanakanku. Aku harus bisa jauh lebih dewasa sekarang, aku bukan lagi anak SMA, meskipun masih terhitung sebulan sejak hari pelepasan putih abu-abu.

Kemudian aku mengucapkan hai, dan menanyakan kabarmu sambil meremas tanganku sendiri, aku benar-benar gugup dan merasa konyol juga bodoh. Kau melaporkan keadaanmu yang baik-baik saja yang akhirnya ku balas dengan diam karena tidak tau harus berkata apa lagi. Namun, akhirnya kau menyelamatkanku dari suasana canggung, mungkin…mulai merasa santai diujung sana kau berbicara panjang lebar daripadaku, aku hanya lebih banyak diam, dan tertawa hehehe sambil menepuk-nepuk betis atau lengan dan pipiku yang dihinggapi nyamuk. Yah aku sedang berada di teras kost dua bulan ku, bulan ini adalah bulan terakhir. Aku sedang mengikuti bimbel masuk perguruan tinggi dan akhirnya ku cari kost dekat dengan tempat bimbelku. Seperti demikian juga kulaporkan keadaanku padamu. Yang disambut dengan oh ria mu.

Kita bercakap malam itu, seolah-olah kamu berada disampingku dan kita ngobrol langsung dan bercanda seperti di jam istirahat waktu SMA dulu. Dan rupanya kaupun berada jauh , di sudut kota lain yang menjadi pilihan rantauanmu.

Hampir sejam, sekali-kali diiringi dengan suara nyamuk yang mendekat ditelingaku dan suara tepukan dikulitku ketika para nyamuk mulai menghisap darahku. Dan aku belum mau masuk ke kamar disebabkan ada dua orang teman sekamarku sedang bercengkerama dengan kekasih mereka masing-masing. Tentu kamu tau bedanya orang pacaran yang saling telfonan dengan aku dan kamu yang entah bagaimana, kann?.

Dari masa-masa SMP aku sudah mengagumimu, entah bagaimana kamu. Sampai akhirnya SMA aku tetap mengagumi dan akhirnya kamupun mengaku sama seperti ku, rupanya kita saling mengagumi. Tapi sayang, tak pernah keluar kata apapun lagi dari mulutmu selain itu meskipun kutau seperti apa juga perasaanmu kepadaku. Atau mungkin aku memang yang salah, tak pernah benar-benar melihatmu karena kesetiaanku pada orang lain yang begitu parah sampai akhirnya kutemukan titik akhir yang menyakitkan.

Maaf waktu itu aku sedang buta dan terlambat menyadarimu. sekarang kudapati diriku merindukanmu dengan segala penyesalanku di hari-hari yang dulu. Kupikir aku akan mengatakan perasaanku sendiri padamu dan segala penyesalan dibelakang agar tidak lagi gelisah hatiku. Namun, belum sempat kukeluarkan sepatah kata tentang hal itu kau diluanlah yang memulai, bukan tentang perasaanmu padaku, lebih dari itu, lebih dari menyakitkan. Seketika kau menyulitkanku untuk bernafas. Kau bercerita tentang seseorang yang akhirnya ..kini..menjadi..milikmu. seseorang yang kukenal, seseorang yang sedikit kukagumi di masa SMA ku, sosok yang sangat dewasa dan terpintar di sekolah, kamu rupanya luar biasa bisa mendapatkannya. Seketika aku merasa memang tak ada apa-apanya diri ini dibanding dia.

Selamat. Begitulah kata yang akhirnya keluar dari mulutku. Tak ada lanjutannya, aku hanya berharap kamu tidak mendengar nafasku yang sedang kubuang bersama rasa sakit yang menjalar dari ujung kakiku ke system pernafasanku. Dan seketika itu juga percakapan kita berakhir. Kamu pamit, karena harus mengubunginya. Lalu akupun meminta maaf sudah menyita waktumu. Kamu hanya membalas dengan tawa tidak enak diiringi ucapan tidak apa-apa dan sampai jumpa. Kamu memutus sambungan diluan, kurasakan sebalah tanganku begitu lemas jatuh ke pangkuanku dan juga ponselku yang sudah tergeletak di lantai yang dingin seperti diriku, membeku.

Ada beribu kata yang akhirnya menguap sia-sia. Lagi-lagi aku terlambat jika itu tentangmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar