Total Tayangan Halaman

2,614

Selasa, 14 Agustus 2018

A-LIONG

Hari ini aku berbisik, masuklah ke ingatanku.

Kalaupun tidak, akan kuceritakan yang kuingat saja


Karena kau sudah terlalu lama tak tampak lagi


Menghampirikupun tidak lagi


Maka ijinkan aku memasuki dunia itu lagi, dunia mimpiku, akanmu.

A-liong.


Inilah mimpi, media kedatanganmu, aku tidak habis pikir, mimpi bisa mendatangkan sosok yang sama secara terus-menerus. Dipagi itu, saat orang-orang masih berlalu lalang digedung sekolah. Aku duduk menyaksikan kegiatan pagi di sekolah yang aku rasa asing. Dan kau datang dengan seragam sekolah dilengkapi senyuman ramahmu. “Aliong” katamu, mengulurkan tanganmu padaku yang langsung ku jabat. Yah kita berjabat tangan. Dan kemudian terduduk disampingku. Senyummu tak pudar sekalipun kau berbicara. Aku merasa mendapatkan teman baru waktu itu. Aku merasa senang dan tenang. Kita duduk saja dan terasa lama, dan kita terus berbicara sampai waktu mengharuskanmu untuk pergi, kau berdiri dan melambaikan tanga padaku, kemudian pergi tergesah-gesah, akupun mengikutimu karena tiba-tiba merasa takut tidak tau akan kemana. Aku masih ingat jelas punggungmu saat aku berjalan cepat dibelakangmu. Sekalipun kau tak berbalik. Kau terus lari dan aku terus mengejar sampai aku terbangun ditengah malam.  


Setiap mimpi aneh yang kualami pasti akan membangunkan ditengah malam, dan akupun juga langsung menulisnya di memo ponsel. Sungguh aku tak mau mengabaikan hal-hal yang baru yang terjadi padaku, termasuk pertemuan denganmu. Aku merasa perlu bertemu denganmu lagi.


Dan yah, kita jadi semakin sering bertemu di mimpi, bagiku itu kelewat rajin. Aku jadi menyukai tidur. Sangat menyukai. Aku selalu  bertemu denganmu di gedung sekolah itu. Seragammu tak pernah ganti. Kau rupanya suka lari, kau terus mengajakku untuk lari, entah kenapa lari bersamamu terasa sangat ringan, tak heran tiap bangun dari tidur jantung selalu berdegup kencang. Dan selalu aku menulisnya. 


Kita menjadi teman bukan? Dari awal aku menyadai rupamu, kau tampan, putih, matamu bulat, rambutmu botak, tapi tak botak seutuhnya, tubuhmu agak kurus,  Dan aku sangat menyukai senyummu. Sesekali kau juga tertawa, entah kita menceritakan tentang apa saja, aku sama sekali tidak ingat.


*****

Sampai disitu tulisanku tak kulanjutkan lagi, perasaanku tak karuan, mood berubah drastis, smua ingatan masa lalu menyerangku dari hal kecil sampai dengan hal besar. Oh Aliong, aku tak memintamu mengembalikan semua ingatanku tentang semua hal dimasa lalu, aku hanya minta mengingat pertemuanku denganmu.

Dan akupun menangis tanpa alasan.


****

Hari ini, akan kulanjutkan lagi. Hhh

Aliong, sosok lelaki itu, aku rasa kita seumuran, teman lari-lariku disekitar sekolah,kita tertawa, bahagia, selalu bersama-sama. Tak terhitung berapa banyak kita jumpa dan selalu diakhiri dengan kepergianmu yang tiba-tiba, membelakangiku dan terus berlari, tanpa menoleh.


Suatu waktu Aliong, aku memimpikanmu, kupikir itu pertemuan terakhir kita. Kamu datang lagi, waktu itu aku bahagia, aku senang melihatmu yang selalu tersenyum, aku menunggum ditempat pertama kita bertemu, hari sudah sore, sebentar lagi seperti akan gelap, dan kau datang, hari itu aku akui  aku suka denganmu, suka bila bertemu denganmu, aku sampai hampir tidak bisa membedakan yang nyata dan tidak nyata, tapi aku sadar, aku sedang bermimpi. Ah aku ingat, kau sempat bertanya “kenapa?” saat aku mencubit diriku sendiri dimimpi dan tidak merasakan apa2 dan didalam hati aku selalu berkata “oh ini mimpi” secara sadar. Sampai sekarang akupun selalu begitu dimimpiku, apakah kalian juga ? apakah kalian merasa sadar dimimpi? Apakah kalian selalu mencubit diri kalian seperti yang kulakukan? Dan selalu sadar bila itu mimpi? Aku khawatir bila hanya aku saja yang begitu, aku khawatir bila hanya aku yang selalu sadar dalam mimpi sendiri dan melaluinya seakan-akan secara nyata berada didunia lain.


Kembali padamu Aliong. Setiap aku sadar bahwa itu mimpi aku juga selalu merasa legah, tau-taunya aku juga takut bila harus tinggal dimimpi tapi untuk berjumpa denganmu, aku sangat suka. Kau tau ? tiap hari dimasa kini aku selalu kepikiran bagaimana jika aku terus hidup di mimpi dan tidak bangun-bangun. Aku selalu kepikiran kalau saja alam bawah sadarku memanggilku karena semakin kesini aku selalu sadar dalam mimpiku dan setiap bermimpi aku selalu mencubit diriku untuk menghilangkan rasa khawatirku. Aku takut. Jika kau tarik aku seperti terakhir kali kita bertemu.


Waktu itu, lagi-lagi kita berlari, aku ingat siluet-siluet tubuh kita berada disepanjang koridor tiap kita berlari, kita bergandengan, sedangkan matahari semakin menguning bahkan mendekati orange gelap, ah jingga warnanya. Dan kau berhenti, Aliong. Lagi-lagi kau tak berbalik, ada cahaya didepan kita, kau menarikku dan terus menarikku, aku takut, kau akan membawaku kemana ? aku bertahan , kau juga tak kalah kuat. Kau tak mengatakan apa-apa selain bersikeras menarikku. Jantungku berdegup kencang. Aku berusaha melepaskan tanganmu dari tanganku. Aku tidak mau pergi denganmu. Aku rasakan cahaya itu makin besar, makin luas, anehnya aku tak kesilauan sama sekali, aku hanya melihat kepalamu, punggungmu, sebelum tanganku terasa ringan dan kau, hilang. Aku ingin menangis, jantungku berdegup kencang, aku merasa lemas dan tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi. Hal itulah yang kurasakan dimasa transisi kesadaranku. Aku bangun, lalu hampa dan khawatir. Tubuhku masih lemas, kakiku terasa bergetar. Benar-benar perasaan yang paling tidak enak seumur hidupku, dan  besoknya aku dinyatakan sakit.


****


Aku sakit sebulan, tiba-tiba sakit, paginya aku masih sehat-sehat ke sekolah, masih ceria, tanpa tanda-tanda apapun. dengan pernyataan dokter kurang darah, dan dengan jantung yang selalu berdegup kencang akibat terlalu sering mengkonsumsi kopi diumurku yang masih muda. Tidurku gelisah, panasku naik turun, aku tak pernah lagi menemukan Aliong dimimpiku. Dia pergi ke antah berantah. Tiap aku mengingatnya, aku menangis. tiap aku bangun ditengah malam dan sadar bukan dia yang kumimpikan, lagi-lagi aku menangis. Aku hanya demam biasa dengan jadwal sakit selama sebulan. Aku takut bila kubilang jatuh cinta, aku hanya suka bertemu dengannya, tapi seperti seseorang yang telah bergantung dengan seseorang yang tiba-tiba hilang, begitulah rasanya . aku sepi akhirnya, yang biasanya selalu memikirkan dia disaat-saat sadarku karena rasa penasaran yang tak terbendungi yang aku nikmati dengan senang hati, berubah jadi seperti tidak ada apa-apa. Aku tidak tau harus memikirkan apa dan mengkhayalkan apa. Serasa aku harus hidup mentah-mentah dikenyataan yang selalu kumurungkan.  Selepas dari itu, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, akupun tak pernah suka tidur lagi, tidurku selalu cepat. Asal kau tau, dulu aku sempat menyandangi peringkat orang paling kuat tidur. Bila sudah pulang sekolah aku paling suka tidur sampai menjelang maghrib hingga saat bangun teman-temanku mencariku. Begitupun di sekolah, aku lebih memilih untuk tidur saat jam kosong atau jam istirahat. Tak heran aku dinamai putri tidur, semua alasannya hanya tertuju pada pertemuanku dengan Aliong. Hingga saat ini, aku masih bertanya-tanya siapakah kamu, Aliong. Dan kau datang untuk apa ?


Hanya sebatas itu ingatanku. Percaya tidak percaya, aku memang mengalaminya. Aku tidak mengarang, akupun tidak gila, dan aku tidak mengkhayal, aku tak memintamu percaya ataupun yakin bahwa aku pernah mengalami ini. Aku menceritakan apa adanya, sesuai yang aku ingat, tidak kutambah-tambahkan.


Aku sempat melupakannya bahkan benar-benar melupakannya, sampai aku menemukan kembali gambarku, yang kugambar dipertemuan terakhirku dengan dia.


Tiba-tiba saja ingatanku tentang dia mengalir deras, aku ingat sekali pertemuan pertama dan terakhirku dengan Aliong, si sosok aneh yang menemaniku dialam bawah sadarku, yang datang terus menerus sampai menjadi kenalanku, bukan sekedar sosok sementara yang selalu berganti-ganti tiap aku mimpi. Rasanya aku hampir memimpikannya tiap aku tertidur, baik malam ataupun siang. Aku jadi hobby tidur karena Aliong bahkan tidurku yang ternyata sangat lama terasa sangat cepat. Hanya banyak kuhabiskan waktu lari-lari dengan Aliong lalu dia hilang dan aku bangun.


Dan, jangan menganggapku aneh, aku sekarang adalah anak yang normal, yang pikirannya sudah mulai realistis, aku menjalani hidupku sesuai kenyataan didepanku, kusampingkan semua khayalan-khayalanku. Jujur saja sekarang aku sudah kesulitan untuk berkata-kata, keadaan-keadaan sekarang sudah menuntutku untuk menjadi orang yang berpikir bahwa A adalah A dan itu adalah huruf, bukan lagi oranng yang mengganggap A bisa menjadi Angka bila kau anggap itu angka. Aku berusaha tidak egois lagi, aku berusaha untuk sekali-kali mau membandingkan pikiranku dengan orang lain, tanpa mau beda sendiri lagi. Karena ada banyak hal yang harus dipertimbangkan dan tidak untuk diambilkan keputusan sendiri lalu dijalani sendiri. Dan akupun harus belajar lebih banyak lagi tentang ‘kita hidup akan selalu berdampingan dengan yang lain, baik itu kelihatan maupun tidak kelihatan’. Aku mempercayaimu sosokmu nyata Aliong, meskipun orang lain mengganggapmu tidak nyata, tapi bagiku kau memang pernah ada, meskipun itu hanya di mimpi atau hanya dipikiranku, aku tak pernah tau tapi yang kurasakan benar adanya, yang kulihat benar adanya, dan kau memang ada. Dulu. Mungkin sekarang juga ?


kemarin aku sempat fokus mengharapkan kehadiranmu dalam bentuk ingatan dan aku sempat percaya bahwa kau mengacaukan moodku. Kalaupun itu kamu, aku berharap kau dengar ucap terimakasihku. Kau sempat menghiburku, karena aku tau kamu tau bahwa aku adalah orang yang terlalu rapuh pada saat itu. Yah, mungkin saja kau didatangkan untuk menemaniku. Aku berterimakasih sekali lagi untuk itu. Sekarang aku mau menjalani hari-hariku dengan normal, dengan orang-orang disekelilingku yang nyata. Kau boleh pergi teman mimpiku, Jangan tertawa saat kau ketahui aku pernah menyukaimu. Terimakasih telah membawaku menjelajahi waktu yang lalu,kemarin. Sampai-sampai aku merasakan jadi diriku yang dulu lagi. Sampai emosiku tidak stabil, menangis karena perasaan tak karuan dan karena jengkel kenapa aku menangis ?  Sungguh itu tidak enak. Aku tak mengharapkan hal seperti itu lagi.


Kututup lagi buku ku. Maaf sudah mendatangkanmu lagi disaat mungkin kau tak ingin dipanggil sampai membuatku tak karuan kemarin. Tidak akan lagi. Aku senang menjadi manusia normal dengan pemikiran ‘yang ada-ada saja’ kata teman-temanku. Aku mungkin tak suka dibilang aneh, tapi untuk sebutan unik, aku terima. Because I feel so.  


****


Dear A liong..


Terimakasih


            Dari : aku, teman … (menurutmu)



Dear  Reader

boleh percaya atau tidak, cukup tau bahwa aku yang mengalaminya. dan lupakanlah, aku hanya ingin berbagi kisah, tak ada maksud lain. ada kekuatan yang menuntutku untuk membahas tentang sosok yang ini. jangan berspekulasi ini itu. aku hanya ingin kalian sekedar baca dan tau. sekali lagi percaya atau tidak percaya, sungguh tidak ada untungnya buatku. jadikan saja ini sebagai bacaan diwaktu senggang kalian. aku bahkan seperti menyesal telah membuat sebagian orang penasaran tentang sosok Aliong, karena tadinya takut akan hujatan atau spekulasi orang-orang yang macam-macam dan menyakitkan, atau meremehkan ? 

dan akhirnya, dengan rasa hormat, saya pamit dari cerita ini. semoga rasa penasarannya terobati, akupun merasa bahwa hal ini bukanlah sesuatu yang istimewa karena dapat mengakibatkan pro dan kontra tapi lagi dan lagi, saya katakan bahwa percaya tidak percaya, bukan para pembaca sekalian yang rasakan :') jadi anggap saja sebagai hiburan.

dari : writer yang manis. 






sakit, masih berlanjut ke bulan berikutnya, cuman ini screenshoot ini yang terselamatkan 






gambar setelah pertemuan terahir dengan Aliong 

Selasa, 07 Agustus 2018

Realistic Vs Imaginative


Realistis. Aku benci itu. Hidupku sudah penuh dengan khayalan sejak dulu.dan aku nyaman akan itu. Dan akulah manusia itu, si keras kepala yang mempertahankan segala macam khayalannya yang belum tentu benar. Mempertahankan argument yang selalu kalah dari si realistis. Katanya, apa yang aku pikir itu tidak benar, apa yang aku bayangkan itu tidak benar, lalu bagaimana kalau aku menyebutnya sebagai firasat?. Hh.. kau tak akan percaya. Kaupun tak mengerti. Manusia seperti aku ini memang penuh dengan buaian khayalan yang tidak masuk akal. Tak perlu kau cemas, aku bisa menjadi lebih tenang bila kau maklumi aku. Tak perlu kau tekankan bahwa akupun harus seperti mu, berpikir realistis karena memang dunia ini nyata, apa yang didepanmu nyata. Aku tidak begitu, aku tak suka begitu. Aku lebih suka dengan diriku, dengan tingkat khayalanku yang kau bilang terlalu tinggi dan tidak masuk diakalmu.  Jika kau mau, mari memasuki ruang kecil yang berbeda dari duniamu, tapi menurutku ruangan itu lebih besar dari sekedar duniamu. Aku bahkan bisa mengubahmu menjadi kelinci raksasa dengan ekor kuda, jika aku mau. Kau tau? Khayalan itu bebas, lalu gratis. Aku suka bosan menyaksikan duniamu, menyaksikan pikiranmu yang penuh dengan peraturan diotakmu, yang ini harus begini, yang itu harus begitu dan tidak bisa diubah. Kalau kau pikir hidup ini seperti matematika maka aku lebih pilih hidupku sebagai ilmu social, kau bebas memainkan logikamu tanpa terikat ilmu pasti. Dan sepertinya nyatanya akupun benci matematika. Kalau sekali-kali kau ingin melihat dirimu jatuh dari Pluto ke bumi secara berulang-ulang, mari masuk disisi tak masuk akalku, mungkin kau bisa merasakan aku yang menginginkanmu begitu. kau tak bekhayal ? pernah tapi sekali lagi mengkhayalkan yang realistis, kau tau itu bagiku membosankan. mari duduk, minum kopi, dan buat kata-kata apa yang cocok untuk kopimu, antara hitam dan pahit yang mampir dibibirmu yang mungkin tak bisa berucap. karena mengarang kata. aku yang menang.