Kalaupun tidak, akan kuceritakan yang kuingat saja
Karena kau sudah terlalu lama tak tampak lagi
Menghampirikupun tidak lagi
Maka ijinkan aku memasuki dunia itu lagi, dunia mimpiku,
akanmu.
A-liong.
Inilah mimpi, media kedatanganmu, aku tidak habis pikir,
mimpi bisa mendatangkan sosok yang sama secara terus-menerus. Dipagi itu, saat
orang-orang masih berlalu lalang digedung sekolah. Aku duduk menyaksikan
kegiatan pagi di sekolah yang aku rasa asing. Dan kau datang dengan seragam
sekolah dilengkapi senyuman ramahmu. “Aliong” katamu, mengulurkan tanganmu
padaku yang langsung ku jabat. Yah kita berjabat tangan. Dan kemudian terduduk
disampingku. Senyummu tak pudar sekalipun kau berbicara. Aku merasa mendapatkan
teman baru waktu itu. Aku merasa senang dan tenang. Kita duduk saja dan terasa
lama, dan kita terus berbicara sampai waktu mengharuskanmu untuk pergi, kau
berdiri dan melambaikan tanga padaku, kemudian pergi tergesah-gesah, akupun
mengikutimu karena tiba-tiba merasa takut tidak tau akan kemana. Aku masih
ingat jelas punggungmu saat aku berjalan cepat dibelakangmu. Sekalipun kau tak
berbalik. Kau terus lari dan aku terus mengejar sampai aku terbangun ditengah
malam.
Setiap mimpi aneh yang kualami pasti akan membangunkan
ditengah malam, dan akupun juga langsung menulisnya di memo ponsel. Sungguh aku
tak mau mengabaikan hal-hal yang baru yang terjadi padaku, termasuk pertemuan
denganmu. Aku merasa perlu bertemu denganmu lagi.
Dan yah, kita jadi semakin sering bertemu di mimpi, bagiku
itu kelewat rajin. Aku jadi menyukai tidur. Sangat menyukai. Aku selalu bertemu
denganmu di gedung sekolah itu. Seragammu tak pernah ganti. Kau rupanya suka
lari, kau terus mengajakku untuk lari, entah kenapa lari bersamamu terasa
sangat ringan, tak heran tiap bangun dari tidur jantung selalu berdegup
kencang. Dan selalu aku menulisnya.
Kita menjadi teman bukan? Dari awal aku menyadai rupamu,
kau tampan, putih, matamu bulat, rambutmu botak, tapi tak botak seutuhnya, tubuhmu
agak kurus, Dan aku sangat menyukai senyummu. Sesekali kau juga
tertawa, entah kita menceritakan tentang apa saja, aku sama sekali tidak ingat.
*****
Sampai disitu tulisanku tak kulanjutkan lagi, perasaanku
tak karuan, mood berubah drastis, smua ingatan masa lalu menyerangku dari hal
kecil sampai dengan hal besar. Oh Aliong, aku tak memintamu mengembalikan semua
ingatanku tentang semua hal dimasa lalu, aku hanya minta mengingat pertemuanku
denganmu.
Dan akupun menangis tanpa alasan.
****
Hari ini, akan kulanjutkan lagi. Hhh
Aliong, sosok lelaki itu, aku rasa kita seumuran, teman
lari-lariku disekitar sekolah,kita tertawa, bahagia, selalu bersama-sama. Tak
terhitung berapa banyak kita jumpa dan selalu diakhiri dengan kepergianmu yang
tiba-tiba, membelakangiku dan terus berlari, tanpa menoleh.
Suatu waktu Aliong, aku memimpikanmu, kupikir itu pertemuan
terakhir kita. Kamu datang lagi, waktu itu aku bahagia, aku senang melihatmu
yang selalu tersenyum, aku menunggum ditempat pertama kita bertemu, hari sudah
sore, sebentar lagi seperti akan gelap, dan kau datang, hari itu aku akui aku
suka denganmu, suka bila bertemu denganmu, aku sampai hampir tidak bisa
membedakan yang nyata dan tidak nyata, tapi aku sadar, aku sedang bermimpi. Ah
aku ingat, kau sempat bertanya “kenapa?” saat aku mencubit diriku sendiri
dimimpi dan tidak merasakan apa2 dan didalam hati aku selalu berkata “oh ini
mimpi” secara sadar. Sampai sekarang akupun selalu begitu dimimpiku, apakah
kalian juga ? apakah kalian merasa sadar dimimpi? Apakah kalian selalu mencubit
diri kalian seperti yang kulakukan? Dan selalu sadar bila itu mimpi? Aku
khawatir bila hanya aku saja yang begitu, aku khawatir bila hanya aku yang
selalu sadar dalam mimpi sendiri dan melaluinya seakan-akan secara nyata berada
didunia lain.
Kembali padamu Aliong. Setiap aku sadar bahwa itu mimpi aku
juga selalu merasa legah, tau-taunya aku juga takut bila harus tinggal dimimpi
tapi untuk berjumpa denganmu, aku sangat suka. Kau tau ? tiap hari dimasa kini
aku selalu kepikiran bagaimana jika aku terus hidup di mimpi dan tidak
bangun-bangun. Aku selalu kepikiran kalau saja alam bawah sadarku memanggilku
karena semakin kesini aku selalu sadar dalam mimpiku dan setiap bermimpi aku
selalu mencubit diriku untuk menghilangkan rasa khawatirku. Aku takut. Jika kau
tarik aku seperti terakhir kali kita bertemu.
Waktu itu, lagi-lagi kita berlari, aku ingat siluet-siluet
tubuh kita berada disepanjang koridor tiap kita berlari, kita bergandengan,
sedangkan matahari semakin menguning bahkan mendekati orange gelap, ah jingga
warnanya. Dan kau berhenti, Aliong. Lagi-lagi kau tak berbalik, ada cahaya
didepan kita, kau menarikku dan terus menarikku, aku takut, kau akan membawaku
kemana ? aku bertahan , kau juga tak kalah kuat. Kau tak mengatakan apa-apa
selain bersikeras menarikku. Jantungku berdegup kencang. Aku berusaha
melepaskan tanganmu dari tanganku. Aku tidak mau pergi denganmu. Aku rasakan
cahaya itu makin besar, makin luas, anehnya aku tak kesilauan sama sekali, aku
hanya melihat kepalamu, punggungmu, sebelum tanganku terasa ringan dan kau,
hilang. Aku ingin menangis, jantungku berdegup kencang, aku merasa lemas dan
tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi. Hal itulah yang kurasakan dimasa
transisi kesadaranku. Aku bangun, lalu hampa dan khawatir. Tubuhku masih lemas,
kakiku terasa bergetar. Benar-benar perasaan yang paling tidak enak seumur
hidupku, dan besoknya aku dinyatakan sakit.
****
Aku sakit sebulan, tiba-tiba sakit, paginya aku masih
sehat-sehat ke sekolah, masih ceria, tanpa tanda-tanda apapun. dengan
pernyataan dokter kurang darah, dan dengan jantung yang selalu berdegup kencang
akibat terlalu sering mengkonsumsi kopi diumurku yang masih muda. Tidurku
gelisah, panasku naik turun, aku tak pernah lagi menemukan Aliong dimimpiku.
Dia pergi ke antah berantah. Tiap aku mengingatnya, aku menangis. tiap aku
bangun ditengah malam dan sadar bukan dia yang kumimpikan, lagi-lagi aku
menangis. Aku hanya demam biasa dengan jadwal sakit selama sebulan. Aku takut
bila kubilang jatuh cinta, aku hanya suka bertemu dengannya, tapi seperti
seseorang yang telah bergantung dengan seseorang yang tiba-tiba hilang,
begitulah rasanya . aku sepi akhirnya, yang biasanya selalu memikirkan dia
disaat-saat sadarku karena rasa penasaran yang tak terbendungi yang aku nikmati
dengan senang hati, berubah jadi seperti tidak ada apa-apa. Aku tidak tau harus
memikirkan apa dan mengkhayalkan apa. Serasa aku harus hidup mentah-mentah
dikenyataan yang selalu kumurungkan. Selepas dari itu, bulan
berganti bulan, tahun berganti tahun, akupun tak pernah suka tidur lagi,
tidurku selalu cepat. Asal kau tau, dulu aku sempat menyandangi peringkat orang
paling kuat tidur. Bila sudah pulang sekolah aku paling suka tidur sampai
menjelang maghrib hingga saat bangun teman-temanku mencariku. Begitupun di
sekolah, aku lebih memilih untuk tidur saat jam kosong atau jam istirahat. Tak
heran aku dinamai putri tidur, semua alasannya hanya tertuju pada pertemuanku
dengan Aliong. Hingga saat ini, aku masih bertanya-tanya siapakah kamu, Aliong.
Dan kau datang untuk apa ?
Hanya sebatas itu ingatanku. Percaya tidak percaya, aku
memang mengalaminya. Aku tidak mengarang, akupun tidak gila, dan aku tidak
mengkhayal, aku tak memintamu percaya ataupun yakin bahwa aku pernah mengalami
ini. Aku menceritakan apa adanya, sesuai yang aku ingat, tidak
kutambah-tambahkan.
Aku sempat melupakannya bahkan benar-benar melupakannya,
sampai aku menemukan kembali gambarku, yang kugambar dipertemuan terakhirku
dengan dia.
Tiba-tiba saja ingatanku tentang dia mengalir deras, aku
ingat sekali pertemuan pertama dan terakhirku dengan Aliong, si sosok aneh yang
menemaniku dialam bawah sadarku, yang datang terus menerus sampai menjadi
kenalanku, bukan sekedar sosok sementara yang selalu berganti-ganti tiap aku
mimpi. Rasanya aku hampir memimpikannya tiap aku tertidur, baik malam ataupun siang.
Aku jadi hobby tidur karena Aliong bahkan tidurku yang ternyata sangat lama
terasa sangat cepat. Hanya banyak kuhabiskan waktu lari-lari dengan Aliong lalu
dia hilang dan aku bangun.
Dan, jangan menganggapku aneh, aku sekarang adalah anak
yang normal, yang pikirannya sudah mulai realistis, aku menjalani hidupku
sesuai kenyataan didepanku, kusampingkan semua khayalan-khayalanku. Jujur saja
sekarang aku sudah kesulitan untuk berkata-kata, keadaan-keadaan sekarang sudah
menuntutku untuk menjadi orang yang berpikir bahwa A adalah A dan itu adalah
huruf, bukan lagi oranng yang mengganggap A bisa menjadi Angka bila kau anggap
itu angka. Aku berusaha tidak egois lagi, aku berusaha untuk sekali-kali mau
membandingkan pikiranku dengan orang lain, tanpa mau beda sendiri lagi. Karena
ada banyak hal yang harus dipertimbangkan dan tidak untuk diambilkan keputusan
sendiri lalu dijalani sendiri. Dan akupun harus belajar lebih banyak lagi
tentang ‘kita hidup akan selalu berdampingan dengan yang lain, baik itu kelihatan
maupun tidak kelihatan’. Aku mempercayaimu sosokmu nyata Aliong, meskipun orang
lain mengganggapmu tidak nyata, tapi bagiku kau memang pernah ada, meskipun itu
hanya di mimpi atau hanya dipikiranku, aku tak pernah tau tapi yang kurasakan
benar adanya, yang kulihat benar adanya, dan kau memang ada. Dulu. Mungkin
sekarang juga ?
kemarin aku sempat fokus mengharapkan kehadiranmu dalam
bentuk ingatan dan aku sempat percaya bahwa kau mengacaukan moodku. Kalaupun
itu kamu, aku berharap kau dengar ucap terimakasihku. Kau sempat menghiburku,
karena aku tau kamu tau bahwa aku adalah orang yang terlalu rapuh pada saat
itu. Yah, mungkin saja kau didatangkan untuk menemaniku. Aku berterimakasih
sekali lagi untuk itu. Sekarang aku mau menjalani hari-hariku dengan normal,
dengan orang-orang disekelilingku yang nyata. Kau boleh pergi teman mimpiku,
Jangan tertawa saat kau ketahui aku pernah menyukaimu. Terimakasih telah
membawaku menjelajahi waktu yang lalu,kemarin. Sampai-sampai aku merasakan jadi
diriku yang dulu lagi. Sampai emosiku tidak stabil, menangis karena perasaan
tak karuan dan karena jengkel kenapa aku menangis ? Sungguh itu
tidak enak. Aku tak mengharapkan hal seperti itu lagi.
Kututup lagi buku ku. Maaf sudah mendatangkanmu lagi disaat
mungkin kau tak ingin dipanggil sampai membuatku tak karuan kemarin. Tidak akan
lagi. Aku senang menjadi manusia normal dengan pemikiran ‘yang ada-ada saja’
kata teman-temanku. Aku mungkin tak suka dibilang aneh, tapi untuk sebutan
unik, aku terima. Because I feel so.
****
Dear A liong..
Terimakasih
Dari
: aku, teman … (menurutmu)
Dear Reader
boleh percaya atau tidak, cukup tau bahwa aku yang
mengalaminya. dan lupakanlah, aku hanya ingin berbagi kisah, tak ada maksud
lain. ada kekuatan yang menuntutku untuk membahas tentang sosok yang ini.
jangan berspekulasi ini itu. aku hanya ingin kalian sekedar baca dan tau.
sekali lagi percaya atau tidak percaya, sungguh tidak ada untungnya buatku.
jadikan saja ini sebagai bacaan diwaktu senggang kalian. aku bahkan seperti
menyesal telah membuat sebagian orang penasaran tentang sosok Aliong, karena
tadinya takut akan hujatan atau spekulasi orang-orang yang macam-macam dan
menyakitkan, atau meremehkan ?
dan akhirnya, dengan rasa hormat, saya pamit dari cerita
ini. semoga rasa penasarannya terobati, akupun merasa bahwa hal ini bukanlah
sesuatu yang istimewa karena dapat mengakibatkan pro dan kontra tapi lagi dan
lagi, saya katakan bahwa percaya tidak percaya, bukan para pembaca sekalian
yang rasakan :') jadi anggap saja sebagai hiburan.
dari : writer yang manis.
sakit, masih berlanjut ke bulan berikutnya, cuman ini screenshoot ini yang terselamatkan
gambar setelah pertemuan terahir dengan Aliong