Total Tayangan Halaman

2,614

Sabtu, 17 November 2018

Lagi, Patah Lagi


Rumah yang berantakan

Kamar yang berantakan

Meja rias yang berantakan

Piring-piring yang belum dicuci sudah beberapa hari..

Pakaian yang bergelantungan jatuh ke lantai

Lembaran-lembaran kertas penuhi lantai

Bantal yang berbekas air mata.

Gorden kamar yang tidak pernah disingkirkan

Bercak-bercak kuah dari makanan menodai lantai, lengket.

Lantai rumah yang berdebu..

Halaman rumah yang penuh dedaunan

Dan tanaman yang mati.

Dan  ruangan yang gelap.

Jam tidur yang lebih banyak

Kata-kata yang hanyut semua

Lidah yang keluh

Tubuh yang lemas

Selera makan yang hilang

Hauspun jarang

Langkah yang lambat

Pikiran yang kalut

Lambung yang nyeri

Pintu kamar yang jarang dibuka

Makanan dimeja yang jarang disentuh

Berat badan yang menurun

Diakibatkan hati yang benar-benar patah, lagi.

Hai… kita berjumpa lagi, nyeri hati yang berulang kali, harapan yang pupus lagi. Ingin pergi, lari, memaki.

Dan aku mau kopi, atau nyanyian patah hati. Lagi.

Selasa, 14 Agustus 2018

A-LIONG

Hari ini aku berbisik, masuklah ke ingatanku.

Kalaupun tidak, akan kuceritakan yang kuingat saja


Karena kau sudah terlalu lama tak tampak lagi


Menghampirikupun tidak lagi


Maka ijinkan aku memasuki dunia itu lagi, dunia mimpiku, akanmu.

A-liong.


Inilah mimpi, media kedatanganmu, aku tidak habis pikir, mimpi bisa mendatangkan sosok yang sama secara terus-menerus. Dipagi itu, saat orang-orang masih berlalu lalang digedung sekolah. Aku duduk menyaksikan kegiatan pagi di sekolah yang aku rasa asing. Dan kau datang dengan seragam sekolah dilengkapi senyuman ramahmu. “Aliong” katamu, mengulurkan tanganmu padaku yang langsung ku jabat. Yah kita berjabat tangan. Dan kemudian terduduk disampingku. Senyummu tak pudar sekalipun kau berbicara. Aku merasa mendapatkan teman baru waktu itu. Aku merasa senang dan tenang. Kita duduk saja dan terasa lama, dan kita terus berbicara sampai waktu mengharuskanmu untuk pergi, kau berdiri dan melambaikan tanga padaku, kemudian pergi tergesah-gesah, akupun mengikutimu karena tiba-tiba merasa takut tidak tau akan kemana. Aku masih ingat jelas punggungmu saat aku berjalan cepat dibelakangmu. Sekalipun kau tak berbalik. Kau terus lari dan aku terus mengejar sampai aku terbangun ditengah malam.  


Setiap mimpi aneh yang kualami pasti akan membangunkan ditengah malam, dan akupun juga langsung menulisnya di memo ponsel. Sungguh aku tak mau mengabaikan hal-hal yang baru yang terjadi padaku, termasuk pertemuan denganmu. Aku merasa perlu bertemu denganmu lagi.


Dan yah, kita jadi semakin sering bertemu di mimpi, bagiku itu kelewat rajin. Aku jadi menyukai tidur. Sangat menyukai. Aku selalu  bertemu denganmu di gedung sekolah itu. Seragammu tak pernah ganti. Kau rupanya suka lari, kau terus mengajakku untuk lari, entah kenapa lari bersamamu terasa sangat ringan, tak heran tiap bangun dari tidur jantung selalu berdegup kencang. Dan selalu aku menulisnya. 


Kita menjadi teman bukan? Dari awal aku menyadai rupamu, kau tampan, putih, matamu bulat, rambutmu botak, tapi tak botak seutuhnya, tubuhmu agak kurus,  Dan aku sangat menyukai senyummu. Sesekali kau juga tertawa, entah kita menceritakan tentang apa saja, aku sama sekali tidak ingat.


*****

Sampai disitu tulisanku tak kulanjutkan lagi, perasaanku tak karuan, mood berubah drastis, smua ingatan masa lalu menyerangku dari hal kecil sampai dengan hal besar. Oh Aliong, aku tak memintamu mengembalikan semua ingatanku tentang semua hal dimasa lalu, aku hanya minta mengingat pertemuanku denganmu.

Dan akupun menangis tanpa alasan.


****

Hari ini, akan kulanjutkan lagi. Hhh

Aliong, sosok lelaki itu, aku rasa kita seumuran, teman lari-lariku disekitar sekolah,kita tertawa, bahagia, selalu bersama-sama. Tak terhitung berapa banyak kita jumpa dan selalu diakhiri dengan kepergianmu yang tiba-tiba, membelakangiku dan terus berlari, tanpa menoleh.


Suatu waktu Aliong, aku memimpikanmu, kupikir itu pertemuan terakhir kita. Kamu datang lagi, waktu itu aku bahagia, aku senang melihatmu yang selalu tersenyum, aku menunggum ditempat pertama kita bertemu, hari sudah sore, sebentar lagi seperti akan gelap, dan kau datang, hari itu aku akui  aku suka denganmu, suka bila bertemu denganmu, aku sampai hampir tidak bisa membedakan yang nyata dan tidak nyata, tapi aku sadar, aku sedang bermimpi. Ah aku ingat, kau sempat bertanya “kenapa?” saat aku mencubit diriku sendiri dimimpi dan tidak merasakan apa2 dan didalam hati aku selalu berkata “oh ini mimpi” secara sadar. Sampai sekarang akupun selalu begitu dimimpiku, apakah kalian juga ? apakah kalian merasa sadar dimimpi? Apakah kalian selalu mencubit diri kalian seperti yang kulakukan? Dan selalu sadar bila itu mimpi? Aku khawatir bila hanya aku saja yang begitu, aku khawatir bila hanya aku yang selalu sadar dalam mimpi sendiri dan melaluinya seakan-akan secara nyata berada didunia lain.


Kembali padamu Aliong. Setiap aku sadar bahwa itu mimpi aku juga selalu merasa legah, tau-taunya aku juga takut bila harus tinggal dimimpi tapi untuk berjumpa denganmu, aku sangat suka. Kau tau ? tiap hari dimasa kini aku selalu kepikiran bagaimana jika aku terus hidup di mimpi dan tidak bangun-bangun. Aku selalu kepikiran kalau saja alam bawah sadarku memanggilku karena semakin kesini aku selalu sadar dalam mimpiku dan setiap bermimpi aku selalu mencubit diriku untuk menghilangkan rasa khawatirku. Aku takut. Jika kau tarik aku seperti terakhir kali kita bertemu.


Waktu itu, lagi-lagi kita berlari, aku ingat siluet-siluet tubuh kita berada disepanjang koridor tiap kita berlari, kita bergandengan, sedangkan matahari semakin menguning bahkan mendekati orange gelap, ah jingga warnanya. Dan kau berhenti, Aliong. Lagi-lagi kau tak berbalik, ada cahaya didepan kita, kau menarikku dan terus menarikku, aku takut, kau akan membawaku kemana ? aku bertahan , kau juga tak kalah kuat. Kau tak mengatakan apa-apa selain bersikeras menarikku. Jantungku berdegup kencang. Aku berusaha melepaskan tanganmu dari tanganku. Aku tidak mau pergi denganmu. Aku rasakan cahaya itu makin besar, makin luas, anehnya aku tak kesilauan sama sekali, aku hanya melihat kepalamu, punggungmu, sebelum tanganku terasa ringan dan kau, hilang. Aku ingin menangis, jantungku berdegup kencang, aku merasa lemas dan tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi. Hal itulah yang kurasakan dimasa transisi kesadaranku. Aku bangun, lalu hampa dan khawatir. Tubuhku masih lemas, kakiku terasa bergetar. Benar-benar perasaan yang paling tidak enak seumur hidupku, dan  besoknya aku dinyatakan sakit.


****


Aku sakit sebulan, tiba-tiba sakit, paginya aku masih sehat-sehat ke sekolah, masih ceria, tanpa tanda-tanda apapun. dengan pernyataan dokter kurang darah, dan dengan jantung yang selalu berdegup kencang akibat terlalu sering mengkonsumsi kopi diumurku yang masih muda. Tidurku gelisah, panasku naik turun, aku tak pernah lagi menemukan Aliong dimimpiku. Dia pergi ke antah berantah. Tiap aku mengingatnya, aku menangis. tiap aku bangun ditengah malam dan sadar bukan dia yang kumimpikan, lagi-lagi aku menangis. Aku hanya demam biasa dengan jadwal sakit selama sebulan. Aku takut bila kubilang jatuh cinta, aku hanya suka bertemu dengannya, tapi seperti seseorang yang telah bergantung dengan seseorang yang tiba-tiba hilang, begitulah rasanya . aku sepi akhirnya, yang biasanya selalu memikirkan dia disaat-saat sadarku karena rasa penasaran yang tak terbendungi yang aku nikmati dengan senang hati, berubah jadi seperti tidak ada apa-apa. Aku tidak tau harus memikirkan apa dan mengkhayalkan apa. Serasa aku harus hidup mentah-mentah dikenyataan yang selalu kumurungkan.  Selepas dari itu, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, akupun tak pernah suka tidur lagi, tidurku selalu cepat. Asal kau tau, dulu aku sempat menyandangi peringkat orang paling kuat tidur. Bila sudah pulang sekolah aku paling suka tidur sampai menjelang maghrib hingga saat bangun teman-temanku mencariku. Begitupun di sekolah, aku lebih memilih untuk tidur saat jam kosong atau jam istirahat. Tak heran aku dinamai putri tidur, semua alasannya hanya tertuju pada pertemuanku dengan Aliong. Hingga saat ini, aku masih bertanya-tanya siapakah kamu, Aliong. Dan kau datang untuk apa ?


Hanya sebatas itu ingatanku. Percaya tidak percaya, aku memang mengalaminya. Aku tidak mengarang, akupun tidak gila, dan aku tidak mengkhayal, aku tak memintamu percaya ataupun yakin bahwa aku pernah mengalami ini. Aku menceritakan apa adanya, sesuai yang aku ingat, tidak kutambah-tambahkan.


Aku sempat melupakannya bahkan benar-benar melupakannya, sampai aku menemukan kembali gambarku, yang kugambar dipertemuan terakhirku dengan dia.


Tiba-tiba saja ingatanku tentang dia mengalir deras, aku ingat sekali pertemuan pertama dan terakhirku dengan Aliong, si sosok aneh yang menemaniku dialam bawah sadarku, yang datang terus menerus sampai menjadi kenalanku, bukan sekedar sosok sementara yang selalu berganti-ganti tiap aku mimpi. Rasanya aku hampir memimpikannya tiap aku tertidur, baik malam ataupun siang. Aku jadi hobby tidur karena Aliong bahkan tidurku yang ternyata sangat lama terasa sangat cepat. Hanya banyak kuhabiskan waktu lari-lari dengan Aliong lalu dia hilang dan aku bangun.


Dan, jangan menganggapku aneh, aku sekarang adalah anak yang normal, yang pikirannya sudah mulai realistis, aku menjalani hidupku sesuai kenyataan didepanku, kusampingkan semua khayalan-khayalanku. Jujur saja sekarang aku sudah kesulitan untuk berkata-kata, keadaan-keadaan sekarang sudah menuntutku untuk menjadi orang yang berpikir bahwa A adalah A dan itu adalah huruf, bukan lagi oranng yang mengganggap A bisa menjadi Angka bila kau anggap itu angka. Aku berusaha tidak egois lagi, aku berusaha untuk sekali-kali mau membandingkan pikiranku dengan orang lain, tanpa mau beda sendiri lagi. Karena ada banyak hal yang harus dipertimbangkan dan tidak untuk diambilkan keputusan sendiri lalu dijalani sendiri. Dan akupun harus belajar lebih banyak lagi tentang ‘kita hidup akan selalu berdampingan dengan yang lain, baik itu kelihatan maupun tidak kelihatan’. Aku mempercayaimu sosokmu nyata Aliong, meskipun orang lain mengganggapmu tidak nyata, tapi bagiku kau memang pernah ada, meskipun itu hanya di mimpi atau hanya dipikiranku, aku tak pernah tau tapi yang kurasakan benar adanya, yang kulihat benar adanya, dan kau memang ada. Dulu. Mungkin sekarang juga ?


kemarin aku sempat fokus mengharapkan kehadiranmu dalam bentuk ingatan dan aku sempat percaya bahwa kau mengacaukan moodku. Kalaupun itu kamu, aku berharap kau dengar ucap terimakasihku. Kau sempat menghiburku, karena aku tau kamu tau bahwa aku adalah orang yang terlalu rapuh pada saat itu. Yah, mungkin saja kau didatangkan untuk menemaniku. Aku berterimakasih sekali lagi untuk itu. Sekarang aku mau menjalani hari-hariku dengan normal, dengan orang-orang disekelilingku yang nyata. Kau boleh pergi teman mimpiku, Jangan tertawa saat kau ketahui aku pernah menyukaimu. Terimakasih telah membawaku menjelajahi waktu yang lalu,kemarin. Sampai-sampai aku merasakan jadi diriku yang dulu lagi. Sampai emosiku tidak stabil, menangis karena perasaan tak karuan dan karena jengkel kenapa aku menangis ?  Sungguh itu tidak enak. Aku tak mengharapkan hal seperti itu lagi.


Kututup lagi buku ku. Maaf sudah mendatangkanmu lagi disaat mungkin kau tak ingin dipanggil sampai membuatku tak karuan kemarin. Tidak akan lagi. Aku senang menjadi manusia normal dengan pemikiran ‘yang ada-ada saja’ kata teman-temanku. Aku mungkin tak suka dibilang aneh, tapi untuk sebutan unik, aku terima. Because I feel so.  


****


Dear A liong..


Terimakasih


            Dari : aku, teman … (menurutmu)



Dear  Reader

boleh percaya atau tidak, cukup tau bahwa aku yang mengalaminya. dan lupakanlah, aku hanya ingin berbagi kisah, tak ada maksud lain. ada kekuatan yang menuntutku untuk membahas tentang sosok yang ini. jangan berspekulasi ini itu. aku hanya ingin kalian sekedar baca dan tau. sekali lagi percaya atau tidak percaya, sungguh tidak ada untungnya buatku. jadikan saja ini sebagai bacaan diwaktu senggang kalian. aku bahkan seperti menyesal telah membuat sebagian orang penasaran tentang sosok Aliong, karena tadinya takut akan hujatan atau spekulasi orang-orang yang macam-macam dan menyakitkan, atau meremehkan ? 

dan akhirnya, dengan rasa hormat, saya pamit dari cerita ini. semoga rasa penasarannya terobati, akupun merasa bahwa hal ini bukanlah sesuatu yang istimewa karena dapat mengakibatkan pro dan kontra tapi lagi dan lagi, saya katakan bahwa percaya tidak percaya, bukan para pembaca sekalian yang rasakan :') jadi anggap saja sebagai hiburan.

dari : writer yang manis. 






sakit, masih berlanjut ke bulan berikutnya, cuman ini screenshoot ini yang terselamatkan 






gambar setelah pertemuan terahir dengan Aliong 

Selasa, 07 Agustus 2018

Realistic Vs Imaginative


Realistis. Aku benci itu. Hidupku sudah penuh dengan khayalan sejak dulu.dan aku nyaman akan itu. Dan akulah manusia itu, si keras kepala yang mempertahankan segala macam khayalannya yang belum tentu benar. Mempertahankan argument yang selalu kalah dari si realistis. Katanya, apa yang aku pikir itu tidak benar, apa yang aku bayangkan itu tidak benar, lalu bagaimana kalau aku menyebutnya sebagai firasat?. Hh.. kau tak akan percaya. Kaupun tak mengerti. Manusia seperti aku ini memang penuh dengan buaian khayalan yang tidak masuk akal. Tak perlu kau cemas, aku bisa menjadi lebih tenang bila kau maklumi aku. Tak perlu kau tekankan bahwa akupun harus seperti mu, berpikir realistis karena memang dunia ini nyata, apa yang didepanmu nyata. Aku tidak begitu, aku tak suka begitu. Aku lebih suka dengan diriku, dengan tingkat khayalanku yang kau bilang terlalu tinggi dan tidak masuk diakalmu.  Jika kau mau, mari memasuki ruang kecil yang berbeda dari duniamu, tapi menurutku ruangan itu lebih besar dari sekedar duniamu. Aku bahkan bisa mengubahmu menjadi kelinci raksasa dengan ekor kuda, jika aku mau. Kau tau? Khayalan itu bebas, lalu gratis. Aku suka bosan menyaksikan duniamu, menyaksikan pikiranmu yang penuh dengan peraturan diotakmu, yang ini harus begini, yang itu harus begitu dan tidak bisa diubah. Kalau kau pikir hidup ini seperti matematika maka aku lebih pilih hidupku sebagai ilmu social, kau bebas memainkan logikamu tanpa terikat ilmu pasti. Dan sepertinya nyatanya akupun benci matematika. Kalau sekali-kali kau ingin melihat dirimu jatuh dari Pluto ke bumi secara berulang-ulang, mari masuk disisi tak masuk akalku, mungkin kau bisa merasakan aku yang menginginkanmu begitu. kau tak bekhayal ? pernah tapi sekali lagi mengkhayalkan yang realistis, kau tau itu bagiku membosankan. mari duduk, minum kopi, dan buat kata-kata apa yang cocok untuk kopimu, antara hitam dan pahit yang mampir dibibirmu yang mungkin tak bisa berucap. karena mengarang kata. aku yang menang. 

Jumat, 06 April 2018

Rumah diMimpiku



Pernah tidak mengalami mimpi di latar yang sama sampai beberapa kali? Aku sering, yang paling sering aku mengunjungi rumah diatas gunung di depan rumah itu ada rawa-rawa. Aku memimpikannya sekitar 3 kali, tidak berturut-turut melainkan jaraknya berjauhan. Tiap kali bangun dari mimpi itu aku selalu penasaran dan seperti langsung ingin pergi mencarinya. Mimpi yang pertama kali, aku bersama teman-temanku, sepertinya empat orang, ada cowo dan cewek. Kami bermain petak umpet, ah yah..si rumah itu memiliki tetangga, rumah yang satu terletak tidak jauh didepan rumah itu, tepatnya agak didepannya rawa-rawa. Ya kali ada rawa-rawa tepat di depan rumah -_- tapi karena itu mimpi jadi oke-oke saja. Jadi, kita main petak umpet. aku masih ingat rumah keduanya adalah warna putih dan pintunya berwarna biru. Aku sembunyi di rumah yang paling depan sambil mengeker teman-temanku dari jauh. Sesekali aku mengintip tapi tidak lama seorang cowok menghampiriku, dia menarik ku dan mengajakku menyebrangi rawa-rawa yang lumayan luas pake perahu pula. Katanya biar kita sampai di rumah yang dibelakang. Tentu kedua rumah ini tidak memiliki penghuni. Kayak seram, tapi dalam mimpi begitu asyik. Ah tau lah.

Mimpi kedua, aku kembali ke rumah itu, rawa-rawanya tampak lebih kotor dari yang pertama. Kali ini aku berdua saja bersama sahabat kecilku. Kami memakai ransel seperti sedang mengintai sesuatu, dia bilang kita harus sembunyi, tidak boleh ketahuan. Lagi-lagi aku sembunyi di rumah yang terdepan. Tapi aku tidak liat siapa-siapa selain kita berdua. Entah kita akan sembunyi dari siapa maksud sahabatku itu. Lalu dia mengajakku kebelakang rumah yang dibelakang. Disana ada bukit lagi. Kami naik ke bukit dan menemukan pohon-pohon yang ditebang dan beberapa bapak-bapak disana sedang istirahat. Seorang  bapak menghampiriku, aku sudah dicari dari tadi katanya, aku berpikir aku dicari orangtuaku dan pikiranku saat itu adalah pulang, sementara aku begitu asing dengan rumahku.

Mimpi ketiga. Masih terekam dengan jelas, aku kembali lagi ke rumah itu, di malam hari, kabut malam mengantar perjalananku. Aku sudah didepan rumah itu lagi. Melewati rawa-rawa yang kini sudah dibuatkan jalan setapak disisinya. Sunyi.sunyi sekalii. Aku bersama seseorang tapi entah tau itu siapa. Aku lupa. Kami berdua berdiri di depan pintu itu, entah apa yang kupikirkan sebelumnya, begitu lama, sebelum kuputuskan untuk mengetuk pintu. Yah. Rumahnya sudah berpenghuni, bisa kulihat keadaan dalam rumah dari luar, lewat kaca jendelanya yang tidak bertirai. Seorang lelaki paruh baya menghampiri pintu dan membukakannya untukku, istrinya mengikutinya dari belakang. Mereka menyambutku dengan senyum merekah, aku bilang aku ingin bertemu dengan anak mereka, temanku. Aku rasa anak mereka memang temanku, tapi aku tidak tau atas dasar apa mau menemuinya. Sampai situ saja aku lupa selanjutnya. Atau sepertinya aku sudah terbangun kala itu. Masih bisa kurasakan aura-aura malamnya , disekelilingku hanya kelihatan rawa-rawa yang hijau serta kabut disekitarnya, selebihnya hanya gelap gulita. Ah aku ingat lagi, sebelum si bapak membukakanku pintu. Seseorang yang menemaniku sempat pamit dan pergi begitu saja sebelum aku mengiyakan. Dia berlari cepat menyusuri jalan disisi rawa-rawa.

Setelah memimpikannya untuk ketiga kali. Aku terbangun dengan rasa penasaran yang luar biasa dan rasa ingin tau yang menggebu-gebu. Aku harus mencarinya !!!! mencari rumah itu.

Maka muncullah misi pencarian rumah itu. Aku menghubungi seseorang, menceritakan mimpiku.  Katanya mari kita cari. Aku senang bukan kepalang, meskipun terdengar tidak masuk akal aku senang sekali ada yang berinisiatif mewujudkan impianku.

Disuatu malam, aku ingin sekali pergi ke masjid untuk sholat subuh. Tapi takut keluar malam di daerah rumah sendiri, karena bisa dibilang diaerah rumahku terkenal dengan kasus kriminalnya. Jadi jangan coba-coba keluar sendirian saat-saat masih sunyi apalagi perempuan. Jadi aku menghubungi seseorang itu lagi aku bilang aku ingin ke masjid, sholat subuh. Dia langsung merencanakan untuk pergi subuh nanti. Aku senang lagi. Skitar pukul empat subuh dia menghubungiku lebih tepatnya membangunkanku, rupanya dia sampai tidak tidur, sebab takut batal karena ketiduran. Aku bangun dengan semangat sesubuh itu, segera berpakaian dan siap dijemput. Kami berangkat ke mesjid saat hari masih gelap. Serasa jalanan kota milik kita berdua. Meskipun masih ada juga pedagang sari laut yang masih stay diemperan toko. Usai sholat , kita bingung mau kemana, untuk pulang rasanya sayang sekali. Akhirnya dia bilang “kita cari sarapan deh” setelah berkeliling dengan sia-sia (karena kami juga tau belum ada penjual menu sarapan jam begitu, tapi tetap jalan saja) akhirnya kita menuju pantai.

Waktu diperjalanan, kita memutuskan untuk singgah disuatu tempat sambil terkagum-kagum sambil berkata “wah apa ini?” ternyata kami berdua sama kudet nya barusan liat payung-payung yang menyala diatas kami, yang digantung ditali-tali yang diikat antar pohon ke pohon. Kekonyolan subuh-subuh. Kamipun tertawa, menertawakan kekunoan masing-masing. Dia lupa dengan ngantuknya. Setelah sibuk poto-poto kami melanjutkan perjalanan, ke pantai, saat matahari mulai memunculkan sedikit demi sedikit cahaya diujung timur. Kami menyusuri jalan dengan motor tua kesayangannya. Lalu aku diam saja menikmati pemandangan lautan disamping kami. Dia sempat bilang “eh kalau ada yang liat kita subuh-subuh boncengan begini, orang-orang akan bilang cewek apaan kamu ini keluar subuh-subuh pake jilbab boncengan sama cowo” aku cumin terkekeh-kekeh, iya juga sih. Dan kami sampai lupa tujuan kami apa. Cari sarapan. Tapi tidak lama dia memekik, aku kaget. Saat kutanya kenapa diapun bilang “lupa bawa dompet” yaelah, akupun tidak berpikiran untuk bawa uang. Dongkol lah kita. Mana belum pagi sepenuhnya. Akhirnya kami memutuskan untuk singgah lagi, dipinggir pantai. Dibawah lampu jalan. Bingung mau ngapain. 

Sampai akhirnya mulai banyak orang yang lari-larian disekitar kami. Aku mulai risih karena semakin terang saja. Kayak vampire. Yang harus pulang sebelum terkena cahaya matahari. Sampai akhirnya dia bunyi “ah, ayo kita pergi” ku Tanya “ kemana?” dia langsung naik ke atas motornya tanpa dijawab. Saat itu sebenarnya akupun tak ingin pulang dulu, masih terus ingin diajak jalan, kemanapun. Aku bertanya lagi dalam perjalanan kami “mau kemana?” kemudian dia pun jawab “mencari rumahmu” aku sempat bingung, rumah apa dan yang mana ? dia jawab lagi “yah rumah mu” aku sempat berpikir lama, mau kemana kita sebenarnya. Dan ketika itu juga kami belum lama kenal dan belum terlalu akrab juga. Sampai aku sempat kepikiran jangan-jangan dia mau berbuat jahat. Aku diam saja, dan malah jadi deg-degan. Dia membawaku ke sebuah jalan yang memuncak, kemiringannya pokoknya miring sekali -_- aku takut. Sangat. Sampai akhirnya kita parkir di depan SD. Kemudian kita jalan, dia memimpin, ada lorong kecil disamping SD itu dan naik gunung, aku capek mendaki dan dia begitu semangat. Lalu dia berkata “kita cari rumahmu yang dimimpi” dah yah, aku baru konek. Rumah dimimpi yang ingin sekali aku temukan. Disitu aku baru merasa benar-benar konyol. Kita benar-benar mencarinya hari itu. Dia juga sempat bilang “mana ada rumah diatas gunung yang ada rawa-rawanya. Mana ada rawa-rawa diatas gunung. Tapi ayolah, kita cari saja. Sapa tau ada”  rasanya aku ingin menertawai diriku sendiri. Aku juga baru sadar kala itu, iyah juga, mana ada rawa-rawa diatas gunung. Akupun mengikutinya saja dengan rasa tidak ingin melanjutkan pencarian karena aku yakin itu tidak ada dan aku sudah seperti orang bodoh, lebih tepatnya kita sudah seperti orang bodoh menyusuri lorong disamping SD, banyak rumah juga disitu tapi apa jadinya mereka yang melihat kita, ngapain kita dilorong subuh-subuh kayak mencari sesuatu dan itu sangat kelihatan dari tingkahnya yang celingak-celinguk. Dia benar-benar niat mencari kah ? malah aku yang sudah putus asa. Akupun  mengajaknya pulang, dan ketika aku memutar badan, mau kembali ke jalan pulang, aku terhentak melihat pemandangan di depanku, aku bisa melihat laut yang maha luas dari atas sini, dan atap-atap rumah orang yang saling bertumpukan. Betapa indah subuh itu. Lebih tepatnya hari yang menjelang pagi itu. Aku bahagia sekali meskipun tak menemukan rumah dalam mimpiku. Dan semenjak hari itu aku tidak pernah lagi memimpikan rumah yang ada rawa-rawa didepannya. Mungkin rumah itu ingin sekedar dicari olehku meskipun tidak ditemukan. Atau rasa penasaranku yang terus meneruslah masalahnya. Entah. Tapi setelah hari itu aku semakin senang bersamanya. terimakasih sudah mewujudkan pencarian yang mendadak sementara akupun belum merencanakan kapan hari yang tepat itu. itu terjadi begitu saja. dan terimakasih pula sudah pernah menjelajahi ketidakmasukakalan bersamaku.