Pernah tidak mengalami mimpi di latar
yang sama sampai beberapa kali? Aku sering, yang paling sering aku mengunjungi
rumah diatas gunung di depan rumah itu ada rawa-rawa. Aku memimpikannya sekitar
3 kali, tidak berturut-turut melainkan jaraknya berjauhan. Tiap kali bangun
dari mimpi itu aku selalu penasaran dan seperti langsung ingin pergi
mencarinya. Mimpi yang pertama kali, aku bersama teman-temanku, sepertinya
empat orang, ada cowo dan cewek. Kami bermain petak umpet, ah yah..si rumah itu
memiliki tetangga, rumah yang satu terletak tidak jauh didepan rumah itu,
tepatnya agak didepannya rawa-rawa. Ya kali ada rawa-rawa tepat di depan rumah
-_- tapi karena itu mimpi jadi oke-oke saja. Jadi, kita main petak umpet. aku
masih ingat rumah keduanya adalah warna putih dan pintunya berwarna biru. Aku sembunyi
di rumah yang paling depan sambil mengeker teman-temanku dari jauh. Sesekali aku
mengintip tapi tidak lama seorang cowok menghampiriku, dia menarik ku dan
mengajakku menyebrangi rawa-rawa yang lumayan luas pake perahu pula. Katanya biar
kita sampai di rumah yang dibelakang. Tentu kedua rumah ini tidak memiliki
penghuni. Kayak seram, tapi dalam mimpi begitu asyik. Ah tau lah.
Mimpi kedua, aku kembali ke rumah
itu, rawa-rawanya tampak lebih kotor dari yang pertama. Kali ini aku berdua
saja bersama sahabat kecilku. Kami memakai ransel seperti sedang mengintai
sesuatu, dia bilang kita harus sembunyi, tidak boleh ketahuan. Lagi-lagi aku
sembunyi di rumah yang terdepan. Tapi aku tidak liat siapa-siapa selain kita
berdua. Entah kita akan sembunyi dari siapa maksud sahabatku itu. Lalu dia
mengajakku kebelakang rumah yang dibelakang. Disana ada bukit lagi. Kami naik
ke bukit dan menemukan pohon-pohon yang ditebang dan beberapa bapak-bapak
disana sedang istirahat. Seorang bapak
menghampiriku, aku sudah dicari dari tadi katanya, aku berpikir aku dicari orangtuaku dan
pikiranku saat itu adalah pulang, sementara aku begitu asing dengan rumahku.
Mimpi ketiga. Masih terekam dengan
jelas, aku kembali lagi ke rumah itu, di malam hari, kabut malam mengantar
perjalananku. Aku sudah didepan rumah itu lagi. Melewati rawa-rawa yang kini
sudah dibuatkan jalan setapak disisinya. Sunyi.sunyi sekalii. Aku bersama
seseorang tapi entah tau itu siapa. Aku lupa. Kami berdua berdiri di depan
pintu itu, entah apa yang kupikirkan sebelumnya, begitu lama, sebelum
kuputuskan untuk mengetuk pintu. Yah. Rumahnya sudah berpenghuni, bisa kulihat
keadaan dalam rumah dari luar, lewat kaca jendelanya yang tidak bertirai. Seorang
lelaki paruh baya menghampiri pintu dan membukakannya untukku, istrinya
mengikutinya dari belakang. Mereka menyambutku dengan senyum merekah, aku
bilang aku ingin bertemu dengan anak mereka, temanku. Aku rasa anak mereka
memang temanku, tapi aku tidak tau atas dasar apa mau menemuinya. Sampai situ
saja aku lupa selanjutnya. Atau sepertinya aku sudah terbangun kala itu. Masih bisa
kurasakan aura-aura malamnya , disekelilingku hanya kelihatan rawa-rawa yang
hijau serta kabut disekitarnya, selebihnya hanya gelap gulita. Ah aku ingat
lagi, sebelum si bapak membukakanku pintu. Seseorang yang menemaniku sempat
pamit dan pergi begitu saja sebelum aku mengiyakan. Dia berlari cepat menyusuri
jalan disisi rawa-rawa.
Setelah memimpikannya untuk ketiga
kali. Aku terbangun dengan rasa penasaran yang luar biasa dan rasa ingin tau yang
menggebu-gebu. Aku harus mencarinya !!!! mencari rumah itu.
Maka muncullah misi pencarian rumah
itu. Aku menghubungi seseorang, menceritakan mimpiku. Katanya mari kita cari. Aku senang bukan
kepalang, meskipun terdengar tidak masuk akal aku senang sekali ada yang berinisiatif
mewujudkan impianku.
Disuatu malam, aku ingin sekali pergi
ke masjid untuk sholat subuh. Tapi takut keluar malam di daerah rumah sendiri,
karena bisa dibilang diaerah rumahku terkenal dengan kasus kriminalnya. Jadi jangan
coba-coba keluar sendirian saat-saat masih sunyi apalagi perempuan. Jadi aku
menghubungi seseorang itu lagi aku bilang aku ingin ke masjid, sholat subuh. Dia
langsung merencanakan untuk pergi subuh nanti. Aku senang lagi. Skitar pukul
empat subuh dia menghubungiku lebih tepatnya membangunkanku, rupanya dia sampai
tidak tidur, sebab takut batal karena ketiduran. Aku bangun dengan semangat
sesubuh itu, segera berpakaian dan siap dijemput. Kami berangkat ke mesjid saat
hari masih gelap. Serasa jalanan kota milik kita berdua. Meskipun masih ada
juga pedagang sari laut yang masih stay diemperan toko. Usai sholat , kita
bingung mau kemana, untuk pulang rasanya sayang sekali. Akhirnya dia bilang “kita
cari sarapan deh” setelah berkeliling dengan sia-sia (karena kami juga tau
belum ada penjual menu sarapan jam begitu, tapi tetap jalan saja) akhirnya kita
menuju pantai.
Waktu diperjalanan, kita memutuskan
untuk singgah disuatu tempat sambil terkagum-kagum sambil berkata “wah apa ini?”
ternyata kami berdua sama kudet nya barusan liat payung-payung yang menyala
diatas kami, yang digantung ditali-tali yang diikat antar pohon ke pohon. Kekonyolan
subuh-subuh. Kamipun tertawa, menertawakan kekunoan masing-masing. Dia lupa
dengan ngantuknya. Setelah sibuk poto-poto kami melanjutkan perjalanan, ke
pantai, saat matahari mulai memunculkan sedikit demi sedikit cahaya diujung
timur. Kami menyusuri jalan dengan motor tua kesayangannya. Lalu aku diam saja
menikmati pemandangan lautan disamping kami. Dia sempat bilang “eh kalau ada
yang liat kita subuh-subuh boncengan begini, orang-orang akan bilang cewek
apaan kamu ini keluar subuh-subuh pake jilbab boncengan sama cowo” aku cumin terkekeh-kekeh,
iya juga sih. Dan kami sampai lupa tujuan kami apa. Cari sarapan. Tapi tidak
lama dia memekik, aku kaget. Saat kutanya kenapa diapun bilang “lupa bawa
dompet” yaelah, akupun tidak berpikiran untuk bawa uang. Dongkol lah kita. Mana
belum pagi sepenuhnya. Akhirnya kami memutuskan untuk singgah lagi, dipinggir
pantai. Dibawah lampu jalan. Bingung mau ngapain.
Sampai akhirnya mulai banyak
orang yang lari-larian disekitar kami. Aku mulai risih karena semakin terang
saja. Kayak vampire. Yang harus pulang sebelum terkena cahaya matahari. Sampai akhirnya
dia bunyi “ah, ayo kita pergi” ku Tanya “ kemana?” dia langsung naik ke atas
motornya tanpa dijawab. Saat itu sebenarnya akupun tak ingin pulang dulu, masih
terus ingin diajak jalan, kemanapun. Aku bertanya lagi dalam perjalanan kami “mau
kemana?” kemudian dia pun jawab “mencari rumahmu” aku sempat bingung, rumah apa
dan yang mana ? dia jawab lagi “yah rumah mu” aku sempat berpikir lama, mau
kemana kita sebenarnya. Dan ketika itu juga kami belum lama kenal dan belum
terlalu akrab juga. Sampai aku sempat kepikiran jangan-jangan dia mau berbuat
jahat. Aku diam saja, dan malah jadi deg-degan. Dia membawaku ke sebuah jalan
yang memuncak, kemiringannya pokoknya miring sekali -_- aku takut. Sangat. Sampai
akhirnya kita parkir di depan SD. Kemudian kita jalan, dia memimpin, ada lorong
kecil disamping SD itu dan naik gunung, aku capek mendaki dan dia begitu
semangat. Lalu dia berkata “kita cari rumahmu yang dimimpi” dah yah, aku baru
konek. Rumah dimimpi yang ingin sekali aku temukan. Disitu aku baru merasa
benar-benar konyol. Kita benar-benar mencarinya hari itu. Dia juga sempat
bilang “mana ada rumah diatas gunung yang ada rawa-rawanya. Mana ada rawa-rawa
diatas gunung. Tapi ayolah, kita cari saja. Sapa tau ada” rasanya aku ingin menertawai diriku sendiri. Aku
juga baru sadar kala itu, iyah juga, mana ada rawa-rawa diatas gunung. Akupun mengikutinya
saja dengan rasa tidak ingin melanjutkan pencarian karena aku yakin itu tidak
ada dan aku sudah seperti orang bodoh, lebih tepatnya kita sudah seperti orang
bodoh menyusuri lorong disamping SD, banyak rumah juga disitu tapi apa jadinya
mereka yang melihat kita, ngapain kita dilorong subuh-subuh kayak mencari
sesuatu dan itu sangat kelihatan dari tingkahnya yang celingak-celinguk. Dia benar-benar
niat mencari kah ? malah aku yang sudah putus asa. Akupun mengajaknya pulang, dan ketika aku memutar
badan, mau kembali ke jalan pulang, aku terhentak melihat pemandangan di depanku,
aku bisa melihat laut yang maha luas dari atas sini, dan atap-atap rumah orang
yang saling bertumpukan. Betapa indah subuh itu. Lebih tepatnya hari yang
menjelang pagi itu. Aku bahagia sekali meskipun tak menemukan rumah dalam
mimpiku. Dan semenjak hari itu aku tidak pernah lagi memimpikan rumah yang ada
rawa-rawa didepannya. Mungkin rumah itu ingin sekedar dicari olehku meskipun
tidak ditemukan. Atau rasa penasaranku yang terus meneruslah masalahnya. Entah.
Tapi setelah hari itu aku semakin senang bersamanya. terimakasih sudah mewujudkan pencarian yang mendadak sementara akupun belum merencanakan kapan hari yang tepat itu. itu terjadi begitu saja. dan terimakasih pula sudah pernah
menjelajahi ketidakmasukakalan bersamaku.