Total Tayangan Halaman

2,614

Senin, 01 Mei 2017

Musiman yang Panjang

Aku larut pagi ini, seperti garam yang melebur dalam air, mengikuti air, seperti gula dalam air teh panas, melebur, mengikuti air tehnya. Akupun bertanya-tanya jika aku larut dan melebur,  karena apa dan dalam apakah aku? Mungkin kau bisanya menyebutnya musiman yang panjang, larut dalam musiman yang panjang, musiman luka yang panjang. Bersama nyata maupun mimpi, musim yang sama berdatangan begitu saja tanpa aba-aba, tak memberi celah untuk bersiap diri hingga tenggelamlah, suatu waktu dapat naik ke permukaan lalu ditelan lagi, tenggelam lagi.


Terkait mimpi semalam, rasanya diriku menguap, naik ke atmosfir, menjadi awan mendung dan menurunkan air sepuasnya. Air deras yang menghantam bumi tak kira-kira, jatuh, pecah, bak angkara yang paling besar. Kau bahkan datang dengan bungkusan kata-kata yang seakan-akan mengukutukku menjadi batu untuk selama-lamanya.  Aku merasa hilang, entah dimana itu. Serasa tak bisa menumbuhkan jiwa itu lagi.  Aku terus dihantuinya, yang sejuta kalipun aku jelaskan tak bisa kau cerna, entah sampai kapan itu, entah sampai kapan aku merasakan musiman yang panjang ini, aku haus, aku kering berhari-hari dan kadang diterpa hujan berhari-hari pula, aku dingin, dan kau tak bergeming. Bisakah kau tak menyentuh semestaku lagi ? aku bahkan tak tau menghadapi diriku sendiri bagaimana. Aku tak tau harus mulai darimana untuk membentuk diriku lagi yang telah benar-benar larut dalam derasnya hujan dimusiman panjangku, yang kau ciptakan tak kira-kira.